Sabtu pagi (9/3), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, membuka kegiatan forum diskusi “Quo Vadis Dokter dan Dokter Spesialis Indonesia dalam Menghadapi Reformasi Pelayanan Kesehatan di Indonesia” di Auditorium RSU Bunda Jakarta.
Dalam sambutannya, Menkes menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus mempersiapkan diri dalam menghadapi The ASEAN Community 2015, dimana tenaga kesehatan di wilayah ASEAN bebas untuk bekerja di Indonesia, begitupun sebaliknya.
“Kita harus kompak dan kuat. Kita tingkatkan mutu, pengetahuan dan keterampilan juga etika tenaga kesehatan kita, agar diakui di luar negeri. Apalagi saat SJSN nanti, masyarakat bisa memilih, dokter yang tidak kompeten, tidak ramah dan tidak komunikatif, akan ditinggalkan”, ujar Menkes.
Menurut Menkes, dalam menyongsong Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), fokus utama diarahkan kepada pelayanan di public health area dan primary care. Tenaga kesehatan dinilai lebih banyak berpikir ke arah kuratif, masih kurang yang bergerak di bidang promotif dan preventif.
Menkes menambahkan, Puskesmas yang ada saat ini belum seluruhnya dalam kondisi baik, sebagian mengalami kerusakan baik ringan maupun berat. Salah satu penyebabnya adalah sejak diberlakukannya otonomi daerah, belum semua Pemerintah Daerah menaruh perhatian yang besar terhadap kesehatan, khususnya pemeliharaan Puskesmas.
“Saat melakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah, saya melihat sebagian besar Puskesmas di daerah mengalami kerusakan. Karena itu, anggaran tahun 2010-2013 banyak ditujukan untuk perbaikan sarana prasarana tersebut”, jelas Menkes.
Pada kesempatan tersebut, Menkes juga mengungkapkan bahwa program internship sangat membantu dokter-dokter yang baru lulus, terutama dalam meningkatkan kepercayaan diri di rumah sakit. Saat ini, terkait hal tersebut masih dilakukan pembahasan bersama antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Doddy P. Partomihardjo, Sp.M, menyatakan bahwa permasalahan yang menjadi tantangan besar saat ini adalah distribusi tenaga dokter. Sebenarnya jumlah lulusan kedokteran tidak kurang, namun sebagian besar dokter umum lebih terkonsentrasi di ibukota.
Senada dengan hal tersebut, Ketua Pelaksana Kegiatan, dr. H. Djoko Sudibyo, M.Kes, menyatakan bahwa selama ini calon dokter hanya dinilai dari segi potensi akademiknya saja. Padahal, perlu juga dilakukan penilaian yang lebih mendalam, misalnya calon dokter harus memiliki motivasi yang baik dan bersedia mengabdikan diri kepada masyarakat di daerah.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website depkes.go.id dan alamat e-mail [email protected].