Hari ini (8/9), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH, hadir dalam acara puncak peringatan Hari Hepatitis Sedunia yang ke-4, dengan tema “Saatnya Peduli Hepatitis : ketahui, cegah dan obati”, di Monas Jakarta.
Tema yang di usung pada Hari Hepatitis Sedunia ini, mengandung makna bahwa Hepatitisvirus perlu mendapat perhatian lebih. Sudah saatnya semua pihak peduli dan memberi dukungan yang nyata dalam penanggulangan Hepatitis. Keberhasilan Pengendalian virusHepatitis sangat ditentukan oleh dukungan semua pihak, termasuk dukungan jajaran lintassektor Pemerintah Pusat dan Daerah, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, serta dukungan seluruh lapisan masyarakat.
Tujuan acara puncak peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2013 yaitu untuk meningkatkan kepedulian dan perhatian kita, mengenai pentingnya pengendalian Hepatitis virus dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Saat ini hepatitis yang kita kenal adalah hepatitis A, B, C, D dan E. Yang paling banyak dan berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas serta ekonomi yaitu virus hepatitis A,B dan C.
Terdapat 2 cara penularan virus hepatitis. Pertama, Virus yang ditularkan secara fekal–oral yaitu virus hepatitis A, E, yang sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), namun penderita yang terserang dapat sembuh. Kedua, Virus yang ditularkan secara parenteral yaitu B, C dan D, dimana hepatitis B dan C, dapat menjadi kronis dan menyebabkan kanker hati, sedangkan hepatitis D akan mengenai mereka yang menderita hepatitis B.
“Menurut WHO, dalam ”A Strategy for Global Action”, tahun 2012, virus hepatitis B telah menginfeksi 2 milyar orang didunia, lebih dari 350 juta orang diantaranya merupakan pengidap virus hepatitis B kronis, 150 juta penderita hepatitis C kronis, 350 ribu diantaranya meninggal karena hepatitis C setiap tahunnya, antara 850.000-1,05 juta penduduk didunia meninggal dunia setiap tahun yang disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan C”, jelas Menkes.
Berdasarkan hasil RISKESDAS 2007, Indonesia tergolong negara dengan endemisitas tinggi, sehingga Indonesia merupakan negara dengan pengidap hepatitis terbesar nomor 2 diantara negara–negara SEARO. Diperkirakan 9 diantara 100 orang Indonesia terinfeksi Hepatitis B. Estimasi penderita Hepatitis B dan C diperkirakan 25 juta, 50 persennya (12.500.000) diperkirakan akan menjadi chronic liver disease, dan 10 persennya menjadi liver fibrosis dan kemudian akan menjadi liver cancer (1,25 juta).
Menyadari bahwa hepatitis virus adalah penyakit yang mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat secara serius, dan diderita oleh banyak orang maka Indonesia bersama dengan Colombia dan Brazil pada sidang WHA tahun 2010 berinisiatif dan mengusulkan agar dilakukan pembahasan tentang hepatitis virus, sehingga keluarlah resolusi WHA 63,18 tentang hepatitis virus tersebut, yang menyerukan kepada masyarakat anggota WHO bahwa hepatitis virus adalah merupakan salah satu masalah kesehatan prioritas, sehingga para anggota WHO agar melaksanakan pencegahan dan penanggulangan hepatitis virus secara komprehensif, dan menetapkan Hari Hepatitis Sedunia pada tanggal 28 Juli, untuk diperingati dan dimanfaatkan sebagai upaya untuk peningkatan kepedulian dan dukungan terhadap hepatitis.
Hepatitis merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu saya himbau pada kesempatan yang baik ini, agar kita secara bersama–sama bahu membahu berupaya dalam pengendalian hepatitis secara serius melalui Gerakan Pemerintah Bersama Masyarakat”.
Upaya pemerintah terhadap pengendalian hepatitis sudah dilakukan melalui imunisasi hepatitis pada bayi, skrining darah donor. Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk melakukan pengembangan program pengendalian hepatitis agar permasalahan dapat diatasi.
Menkes berpesan kepada jajaran kesehatan untuk terus melakukan kampanye guna meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang hepatitis serta terus melakukan kolaborasi dan integrasi program dengan penyakit lainnya. Kemudian melakukan upaya–upaya pencegahan secara komprehensif, antara lain Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS).
Selanjutnya melakukan skrining pada ibu hamil terintegrasi dengan program pencegahanpenularan HIV dari ibu ke anak. Setiap orang yang melakukan konseling dan tes HIV yaitu perlu juga melakukan pemeriksaan hepatitis. Lebih lanjut Menkes berpesan agar jajaran kesehatan terus melakukan Skrining Hepatitis pada petugas kesehatan, lindungi petugas kesehatan dari penularan hepatitis ini. Perlu juga melakukan surveilans penyakit sehingga kita mempunyai data yang baik, dan tahu situasi penyebaran penyakit dan besaran masalah hepatitis.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail [email protected].