Dalam menjalankan ibadah haji, jemaah haji kerap menderita batuk yang merupakan salah satu gejala Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
Ada 3 hal tentang ISPA. Pertama, ISPA dapat terjadi dari udara pagi (saat subuh) yang cukup dingin (di bawah 20 ºC), sementara siang (saat dzuhur) sangat panas, diatas 35 ºC, lalu malam (saat Sholat Isya) dingin kembali. Perbedaan seperti ini tentu mempengaruhi daya tahan tubuh jemaah haji. Kedua, jemaah haji yang kelelahan setelah melewati masa Armina juga rentan tertular penyakit. Ketiga, penularan ISPA bisa terjadi melalui droplet yang dibatukkan pasien dan berterbangan di udara, apalagi di kerumunan orang.
Selain batuk, gejala ISPA lainnya seperti pilek, demam, badan lemah, bila lebih berat maka dahak dapat berwarna kehijauan, dan badan amat lemah sehingga terkena penyakit lain yang lebih buruk.
Untuk menghindari atau menanggulangi ISPA, maka jemaah haji Indonesia perlu melakukan 7 hal yaitu istirahat yang cukup, makan yang bergizi (sesuai waktu, dan konsumsi buah-buahan), selalu cuci tangan pakai sabun, karena penularan juga dapat terjadi karena benda yang kita pegang terkontaminasi bakteri/virus penyebab ISPA, tidak sering-sering memegang hidung dan mulut dengan tangan yang kotor karena bisa menularkan ISPA, bila ada yang batuk agar menutup mulutnya ketika batuk dengan sapu tangan atau lengan baju, bila sudah terlanjur sakit ISPA maka segera berobat ke dokter/petugas kesehatan kloter, dan bagi jemaah yang termasuk risiko tinggi (usia tua dan atau ada penyakit kronik) perlu ekstra hati-hati karena ISPA dapat lebih menurunkan daya tahan tubuh dan bila tidak segera ditangani maka dapat berkembang menjadi pneumonia atau penyakit berat lainnya.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline