Jakarta, 13 Oktober 2014 — Senin siang (13/10), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH; Menteri Riset dan Teknologi RI, Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, MS; Menteri Badan Usaha Milik Negara, Prof. Dr. (H.C.) Dahlan Iskan; dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dr. Roy Sparringa, M.App.Sc., menandatangani Kesepakatan Bersama Pengembangan Sel Punca dan Jaringan di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Komite Pengembangan Sel Punca dan Jaringan, Prof. Dr. dr. H. Farid Anfasa Moeloek, SpOG.
Dalam sambutannya, Menkes menyatakan bahwa melalui penandatanganan kesepakatan bersama, diharapkan pengembangan sel punca dan jaringan dapat terlaksana secara komprehensif dan mencakup semua aspek, baik penelitian, penerapan, pemanfaatan, pelayanan maupun pengawasan. Di samping itu, bagian penting dari kesepakatan bersama tersebut adalah pembentukan Konsorsium Pengembangan Sel Punca dan Jaringan yang melibatkan wakil-wakil dari Kementerian/Lembaga terkait serta akademisi, organisasi profesi, dan dunia usaha.
“Kesekretariatan bersama dari konsorsium akan berkedudukan di Kementerian Kesehatan, oleh karena itu Kemenkes tentu akan mengambil langkah yang diperlukan untuk pembentukan konsorsium ini pada kesempatan pertama”, ujar Menkes.
Menkes menekankan bahwa perhatian khusus perlu diberikan kepada pengembangan sumber daya manusia agar Indonesia mempunyai kemampuan dalam melakukan rekayasa sel punca yang dapat bermanfaat dalam pengobatan. Selain itu, diperlukan peningkatan pengawasan peredaran sel punca dari luar negeri yang telah direkayasa untuk digunakan dalam pengobatan.
Pengembangan teknologi dan pelayanan sel punca dan jaringan telah dimulai di Indonesia sejak enam tahun yang lalu, yakni sejak 2008. Teknologi dan pelayanan sel punca dan jaringan sangat penting, karena dapat dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit, terutama penyakit degeneratif seperti Parkinson, Alzheimer, Stroke dan penyakit lain yang mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan.
Dalam memperkuat pengembangan teknologi dan pelayanan sel punca dan jaringan di Indonesia, Pemerintah menunjuk sembilan rumah sakit vertikal untuk memulai pengembangan pelayanan sel punca dan jaringan, yaitu: 1) RSUP Dr. M. Djamil, Padang; 2) RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta; 3) RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung; 4) RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta; 5) RSU Fatmawati, Jakarta; 6) RS Khusus Kanker Dharmasi, Jakarta; 7) RSUP Dr. Kariadi, Semarang; 8) RSUP Sanglah, Denpasar; 9) RSU Persahabatan, Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Menkes menyampaikan apresiasi kepada jajaran RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan jajaran PT Kalbe Farma yang masing-masing telah mempelopori dimulainya pelayanan sel punca di Indonesia. Apresiasi juga disampaikan kepada jajaran RSUD Dr. Sutomo dan RSUP Dr. M. Djamil yang telah memulai pelayanan pengobatan dengan memanfaatkan teknologi rekayasa jaringan, serta PT. Prodia yang telah mempelopori pelayanan bank sel darah talipusat di Indonesia.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Informasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dapat menghubungi hotline Halo Kemkes <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.kemkes.go.id, www.jkn.depkes.go.id. dan alamat email kontak@kemkes.go.id