Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbang Kesehatan) Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan Parade Penelitian Kesehatan Tahun 2014 di kantor Kemenkes, Jakarta (29/12). Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyajikan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan tahun 2014 kepada masyarakat, pengambil keputusan, akademisi, media massa dan peneliti agar dapat lebih bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan bangsa.
Beberapa hasil riset kesehatan Badan Litbangkes dipamerkan meliputi Studi Diet Total, Saintifikasi Jamu, Studi Kohort Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular dan Tumbuh Kembang Anak, Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora), Riset Etnografi Kesehatan serta Kesiapan Laboratorium menghadapi Pandemi.
“Parade tersebut merupakan wujud akuntabilitas hasil riset kesehatan yang dihasilkan Badan Litbang Kesehatan”, kata Menkes Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M.(K) saat membuka parade penelitian kesehatan 2014 dan meluncurkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).
Studi Diet Total (SDT) dilakukan oleh 2.372 pengumpul data di lapangan, melibatkan 46.409 Rumah Tangga dan 161.291 individu di 33 provinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia. Studi ini memberikan informasi tentang kondisi kecukupan gizi masyarakat Indonesia dan potensi keterpaparan masyarakat terhadap cemaran berbahaya pada makanan yang dikonsumsinya. SDT terdiri dari Studi Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI merupakan studi yang mensurvei konsumsi makanan individu sebagai gambaran wilayah nasional dan provinsi atas makanan penduduk berupa asupan gizi terutama energi, protein, lemak dan natrium. ACKM akan diselenggarakan serentak se Indonesia pada tahun 2015.
Program Saintifikasi Jamu merupakan program terobosan Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan evidence based bagi pemanfaatan jamu yang terdiri dari penelitian dari hulu hingga hilir. Pada tahun 2013 Balitbangkes telah menghasilkan Jamu Saintifik untuk hipertensi ringan dan hiperurisemia. Tahun 2014 program ini melakukan uji klinik formula jamu osteoarthritis, dispepsia dan hemoroid. Hasil Program Saintifikasi Jamu lainnya adalah menghasilkan 311 dokter dan 41 apoteker saintifikasi jamu. Riset ini akan terus dilanjutkan menyusul hasil riset tanaman obat dan jamu tahap pertama dimana telah diindentifikasi 15.332 tanaman obat dan 1.889 spesies tanaman obat.
Studi kohort faktor resiko penyakit tidak menular melibatkan 5.290 subyek berusia 25-65 tahun. Untuk angka kejadian faktor resiko penyakit tidak menular (PTM), Penyakit Jantung Koroner menempati urutan pertama terbesar angka kejadiannya, disusul Diabetes Mellitus dan Stroke. Studi kohort tumbuh kembang anak melibatkan 530 ibu hamil dan 430 bayi. Studi ini dilakukan untuk melihat kaitan antara status gizi ibu hamil dengan tumbuh kembang anak. Data yang diperoleh adalah sekitar 40 % anak, semua aspek perkembangannya, baik kognitif, bahasa, maupun motorik terlambat di bawah usianya. Dari riset yang dilakukan diketahui bahwa ibu hamil kekurangan konsumsi energi, protein dan gizi mikro sudah di mulai terjadi pada semester I, II dan III.
Riset Khusus Vektora dilakukan untuk memperoleh data dasar penyakit tular vektor dan reservoir dalam rangka mendukung tata laksana program pengendalian penyakit menular, khususnya zoonosis di Indonesia. Dalam penelitian ini akan didapatkan 305.000 spesimen nyamuk, 42.000 spesimen tikus, dan 24.000 spesimen kelelawar. Riset ini dilakukan relevan dengan adanya penyakit bersumber binatang yang masih menjadi masalah kesehatan.
Riset Etnografi Kesehatan memberikan informasi budaya kesehatan etnis-etnis di Indonesia. Dengan mengetahui budaya setiap etnis diharapkan dapat membantu kelancaran dan keberlangsungan setiap program, karena sentuhan budaya sebagai katalisator intervensi atau perubahan. Sampai sekarang telah dilakukan riset pada 32 etnis dari 1.068 etnik di Indonesia. Dari setiap etnik akan diketahui dampak positif dan negatif terhadap kesehatan. Sehingga intervensinya adalah memperkuat yang positif dan menghilangkan yang negatif.
Dalam menghadapi kasus penyakit berpotensi wabah, Badan Litbang Kesehatan memiliki laboratorium dengan peralatan yang mampu mendeteksi dan konfirmasi antigen maupun antibodi. Selain itu juga terdapat laboratorium dengan tingkat keamanan (Biosafety Level/BSL-3) untuk pemeriksaan penyakit infeksius. Laboratorium Badan Litbangkes merupakan bagian dari jejaring laboratorium polio, campak dan Influenza di bawah koordinasi dan terakreditasi WHO. Laboratorium Balitbangkes juga ditunjuk sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan kasus penyakit menular seperti flu burung, SARS, Mers Cov dan Ebola.
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang dikembangkan Badan Litbang Kesehatan tahun 2010 berdasarkan Riskesdas 2007, sementara IPKM 2014 berdasarkan Riskesdas 2013. Telah dirumuskan 30 variabel penting dalam menggambarkan status kesehatan di suatu wilayah. IPKM dapat menggambarkan peringkat Kabupaten/Kota di Indonesia dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan. Dengan IPKM diharapkan dapat menjadi acuan dan pertimbangan dalam penyusunan prioritas pembangunan kesehatan, baik yang dilakukan oleh daerah maupun Pusat.
Menkes berharap hasil riset kesehatan Badan Litbang Kesehatan dapat dijadikan sumber informasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan baik di tingkat Pusat maupun Daerah termasuk oleh Pemerintah Daerah. Riset kesehatan akan dapat mendukung pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional”, kata Prof. Nila Farid Moeloek.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui hotline <kode lokal> 500567; SMS: 081281562620, faksimili: (021) 52921669 dan alamat email kontak@kemkes.go.id.