Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek
Jakarta, 11 Juni 2015
Kekurangan gizi yang terjadi di usia sekolah dan remaja akan berdampak pada pertumbuhan remaja yang kurus-pendek dan kelak melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Demikian pula, remaja dengan berat badan lebih atau obese dapat berisiko mendapatkan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes.
Perbaikan gizi pada anak usia sekolah sangat penting mengingat jumlah anak usia sekolah yang cukup besar yaitu sekitar 15% dari total penduduk. Usia sekolah merupakan tahapan usia dimana tumbuh kembang yang pesat sedang terjadi sehingga memerlukan pemenuhan kebutuhan gizi yang cukup, agar menjadi remaja dan dewasa yang produktif. Demikian disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) dalam kegiatan peresmian kantin sehat SMAN 3 di Jakarta (10/6).
Hasil Riskesdas 2013 menemukan proporsi anak usia 5-18 tahun yang dikategorikan pendek atau stunting, yaitu pada anak perempuan berkisar antara 23,3 – 35,8 % dan pada anak laki-laki berkisar antara 27,7 % – 40,2 %. Prevalensi perokok remaja usia 15-19 tahun meningkat dari 12,7% pada 2001 menjadi 18,3% pada 2013, bahkan peningkatan tersebut pada kelompok perempuan adalah sebesar 10 kali lipat. Sementara itu, prevalensi remaja usia 16-18 tahun yang masuk kategori “gemuk” pada 2013 adalah sebesar 7,3%. Hal ini meningkat tajam dibandingkan tahun 2010 yaitu 1,4%. Kualitas menu makanan juga belum baik yang ditandai bahwa pada 2013, penduduk usia ≥ 10 tahun yang kurang mengonsumsi buah dan sayur sebesar 93,5%.
Melihat kondisi yang mengkhawatirkan ini, muncul sebuah terobosan yang dilakukan oleh sebuah Sekolah di Jakarta, yaitu SMAN 3 Jakarta. SMAN 3 Jakarta sedang berupaya untuk menciptakan pembaruan manajemen kantin melalui konsep ADIK-KAKAK (Asupan Diolah Indikator Kesehatan – Kandungan Aman Konsumsi Anti Keracunan), yang akan mewujudkan tata-laksana kantin yang sehat, bersih, asri dan nyaman di sekolah.
Atas kegiatan tersebut, Apresiasi pun diberikan oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) dalam sambutannya pada acara peresmian “Kantin Sehat SMAN 3 Jakarta” (10/6). “Semoga SMAN 3 Jakarta dapat menjadi pelopor Sekolah Berwawasan Kesehatan” ungkap Menkes.
Untuk mewujudkan “Kantin Sehat”, masalah higiene dan sanitasi perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh, meliputi : Pertama, tempat harus bersih dan terlindung dari pencemaran. Kedua, peralatan yang digunakan harus aman digunakan untuk pangan, baik dalam keadaan panas maupun dingin dan tidak memberikan reaksi kimia, Ketiga, penjamah makanan harus sehat, tidak menderita penyakit menular dan tidak sebagai carier dari penyakit menular tertentu, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti tidak merokok pada saat melayani. Keempat, kualitas bahan pangan yang digunakan sampai menjadi pangan matang tidak tercemar fisik, kimia dan biologi.
Di samping itu, pengelolaan kantin sehat harus menerapkan Cara Pengelolaan Pangan yang Baik yaitu menerapkan prinsip-prinsip higiene sanitasi pangan mulai dari pemilihan bahan pangan, penyimpanan bahan pangan, pengolahan pangan, penyimpanan pangan matang, pengangkutan sampai dengan penyajian pangan. Hal ini sebagai upaya preventif dalam meminimalisasi terjadinya penyakit yang diakibatkan oleh pangan (food borne diseases) dan keracunan pangan (out break).
“Kita semua patut mengapresiasi atas terobosan kantin sehat yang dilakukan oleh SMAN 3 dalam mewujudkan remaja Indonesia yang sehat, berkualitas dan berdaya saing. Menkes pun menambahkan bahwa suksesnya pelaksanaan program ini sangat ditentukan oleh komitmen bersama dari para pendidik, peserta didik, serta unsur-unsur lain dari masyarakat sekolah” tegas Menkes.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan email