Hari ini (25/8) Menkes Prof. dr. Nila F. Moeloek membuka The 2nd Regional Asean Forum On Non Communicable Diseases (NCD), di Jakarta. Acara yang berlangsung selama 3 hari ini diikuti 125 peserta dari 9 negara Asean (Indonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Laos, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam) dan Jepang. Para delegasi yang hadir terdiri dari pejabat pemerintah dan focal point Penyakit Tidak Menular (PTM), LSM, organisasi profesi, akademisi, dan petugas kesehatan di tingkat provinsi.
Satuan Tugas ASEAN pada NCD Forum digagas 2 tahun lalu di Manila, Filipina. Forum ini bertujuan memperkuat dan meningkatkan inisiatif negara-negara anggota Asean dalam memerangi PTM. Pertemuan di Jakarta kali ini merupakan salah satu tindak lanjut dari Manila. Hal ini menunjukkan komitmen kuat Asean untuk mencegah dan mengendalikan PTM.
Majelis Umum PBB pada pertemuan Tingkat Tinggi PTM tahun 2011 menghasilkan deklarasi yang menetapkan prioritas tinggi pencegahan dan pengendalian PTM dalam agenda pembangunan. Selanjutnya, pada pertemuan tingkat tinggi kedua di tahun 2014, negara-negara berkomitmen untuk menetapkan target PTM nasional pada tahun 2015; dan tahun 2018, Majelis Umum PBB akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi ketiga untuk meninjau kemajuan nasional dalam mencapai target global tahun 2025.
Survey terbaru menunjukan bahwa penyebab kematian utama di Indonesia ialah penyakit Stroke (21,1%), Penyakit Kardiovaskular (12,9%) dan penyakit komplikasi diabetes mellitus (6,7%)
Kesulitan Memerangi NCD
Beberapa negara anggota ASEAN menghadapi kesulitan dalam memerangi NCD terkait dengan pesatnya peningkatan insiden penyakit dan belum memadainya persiapan sistem kesehatan. Di Indonesia, ada 7,6 juta orang yang hidup dengan diabetes, sementara yang lain memiliki 12,6 juta pra-diabetes. Sementara itu, hanya kurang dari setengah diantara mereka dengan diabetes yang menyadari kondisi mereka, selebihnya kemungkinan kurang informasi tentang faktor risiko dan perilaku untuk mengurangi risiko diabetes.
Tidak seperti di negara maju, dimana penyakit menular seperti malaria sebagian besar telah dibasmi atau dikendalikan, negara-negara berkembang menghadapi beban ganda pada penyakit menular dan PTM yang sebagian besar disebabkan karena perubahan gaya hidup yang cepat. Bila tidak dilakukan intervensi, maka kematian akibat NCD diperkirakan meningkat 15% antara tahun 2010 dan 2020. Peningkatan terbesar akan terjadi di Afrika, Mediterania Timur, dan wilayah Asia Tenggara. Untungnya, kematian paling dini dari penyakit jantung, stroke, dan diabetes dapat dicegah dengan modifikasi perilaku dan intervensi farmasi.
Beban Ekonomi Akibat NCD
NCD dapat menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan juga memperlambat pencapaian tujuan pembangunan internasional. Apabila orang – prang di usia produktif jatuh sakit dan meningga, tentu saja ini akan mempengaruhi tingkat produktivitas. Ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang tinggi shingga mengancam perekonomian individu dan negara. Sejak 2011-2025, total kerugian ekonomi akibat NCD bawah di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah diperkirakan diperkirakan mencapai angka 7 Milliar Dollar. Sementara estimasi biaya yang dikeluarkan guna menekan angka PTM di dunia mencapai 11, 2 Juta Dollar.
Oleh karena itu, Menkes berharap melalui pertemuan ini akan menjadi sarana berbagi pengalaman di antara negara-negara anggota ASEAN serta dapat membantu negara-negara lain untuk memberi pemahaman bahwa PTM banyak dipengaruhi sektor di luar kesehatan, seperti kebijakan publik di bidang pertanian, pendidikan, produksi pangan, perdagangan, perpajakan dan pembangunan perkotaan.
Sekitar 80% dari PTM dapat dicegah dengan diet dan gaya hidup yang sesuai. Komunitas global memiliki kesempatan untuk mengubah arah epidemi PTM. “Kematian dini akibat PTM dapat dikurangi secara signifikan melalui kebijakan pemerintah mengurangi penggunaan tembakau, penggunaan berbahaya alkohol, diet yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik, dan memberikan perawatan kesehatan universal”, Kata Menkes. Selain itu, pemerintah juga diharapkan melarang segala bentuk iklan rokok, menggantikan lemak trans dengan lemak tak jenuh ganda, membatasi atau melarang iklan alkohol, mempromosikan menyusui, melaksanakan program kesadaran masyarakat tentang diet dan aktivitas fisik, dan mencegah kanker serviks melalui pemeriksaan dini di fasilitas .
Sekretaris Jenderal Kemenkes dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes, dalam laporannya menyampaikan pada pertemuan ini akan diadakan presentasi oleh ahli, presentasi oleh tiap negara, diskusi pleno, membangun konsensus, dan pameran akan dilakukan selama proses forum.
Semua negara anggota ASEAN, kecuali Myanmar, berpartisipasi dalam pameran. Hasil forum ini akan didokumentasikan sebagai Jakarta Call for Action yang diharapkan dapat meningkatkan pencapaian percepatan komunitas ASEAN terhadap rencana aksi target Global
Selama forum, peserta akan : 1) Meninjau kemajuan negara anggota tentang pelaksanaan NCD deklarasi-2013 ASEAN dan workplan- 2011-2015; 2) Berbagi informasi dalam melaksanakan program; 3) Memperkuat sistem surveilans PTM nasional dan mendukung kebijakan, rencana dan program; 4) Merevitalisasi perawatan primer kesehatan untuk screening, deteksi dini, pencegahan dan pengobatan PTM; 5) Membangun kemitraan di tingkat nasional dan regional.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 1500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021)52921669, dan alamat emailkontak@kemkes.go.id.