Kebutaan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah Glukoma. Di Indonesia, Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak. Jumlah penderitanya terus meningkat tanpa banyak masyarakat ketahui. Oleh karena itu Glaukoma kerap disebut sebagai “si pencuri penglihatan”. Data terakhir dari Riskedas 2007 menunjukkan prevelansi penderita Glaukoma di Indonesia adalah 4,6 per 1000 penduduk.
Untuk memberikan pemahaman sekaligus mencegah kebutaan akibat Glaukoma, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusomo (RSCM) menggelar penyuluhan di gedung RSCM Kirana, Selasa (15/2). Penyuluhan diberikan tidak hanya kepada tenaga kesehatan tetapi juga kepada masyarakat agar masyarakat dapat mendeteksi dini karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan tapi dapat dicegah.
Narasumber pada acara penyuluhan hari ini adalah Dr. Virna Dwi Oktariana, SpM., dari RSCM. Disampaikan Virna, Glaucoma adalah penyakit yang berhubungan dengan kelainan syaraf pandang yang diakibatkan oleh tekanan tinggi pada bola mata yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf mata dan kebutaan.
“Banyak pasien yang tidak menyadari bahaya dari penyakit ini, sehingga banyak yang datang dalam keadaan buta akibatnya kami tidak bisa bantu. Padahal penyakit ini bisa dicegah (preventable) namun tidak bisa dikembalikan butanya (irrevesible) karena belum ditemukan obat yang bisa mengembalikan syaraf yang mati”, ujarnya.
Menurut Dr. Virna, Glaukoma secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu, Glaukoma Primer dan Glaukoma Sekunder. Glaukoma Primer yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor umur, riwayat keluarga (keturunan) dan, bersifat kronis (mendadak). Sementara Glaukoma sekunder disebabkan oleh trauma, obat, peradangan bola mata, katarak hipermatur (Katarak yang tidak kunjung dioperasi) dan, penyakit sistemik (Diabetes, hipertensi, anemia berat).
Pengobatan Glaukoma dijamin dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), oleh karenanya masyarakat dapat melakukan deteksi dini dan pengecekan ke fasilitas kesehatan yang memiliki poli klinik mata. “Pemeriksaan mata yang sederhana sendiri bagaimana tajam penglihatanya, bagaimana tekanan bola matanya, bagaimana syaraf matanya dan, bagaimana lapang pandangya.” tuturnya.
Selain itu menurut Virna cara sederhana untuk mengecek Glukoma adalah dengan membandingkan luas pandang mata sebelah kanan dan kiri. “Bandingkan mata kanan dan mata kiri dilihat sama luasnya atau tidak. Kalau luas pandangannya sama berarti tidak apa-apa, tapi bila berbeda berarti harus hati-hati”, terangnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamatemail [email protected].