Gizi yang baik menjadi landasan bagi setiap individu untuk mencapai potensi maksimal yang dimilikinya. Sementara itu, periode 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang, dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
“Perbaikan gizi khususnya penurunan stunting menjadi salah satu agenda prioritas pembangunan kesehatan”, ujar Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pada pembukaan Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional ke-56 tahun 2016 di salah satu gedung pertemuan di kawasan Jakarta Selatan, Selasa pagi (21/3). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Menurut Menkes, perbaikan gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari masa kehamilan sampai anak berumur 2 tahun.
“Sasaran diperluas dengan mengembangkan jangkauan pelayanan gizi pada remaja puteri dan calon pengantin, yaitu pemberian tablet tambah darah pada remaja putri sesuai standar”, kata Menkes.
Menkes juga menambahkan bahwa pelayanan gizi pada ibu hamil terus diperkuat dan ditingkatkan melalui integrasi gizi dengan KIA, deteksi dini ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan ibu hamil anemia melalui antenatal care (ANC) terpadu.
Di samping itu untuk perbaikan gizi, intervensi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor non-kesehatan, antara lain: Peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga; perlindungan sosial untuk pengentasan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH); Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, dan program pemberdayaan perempuan. Untuk itu, kolaborasi efektif dan berkesinambungan untuk mengidentifikasi langkah terobosan dalam mempercepat pencapaian sasaran-sasaran peningkatan gizi masyarakat perlu ditingkatkan.
“Intervensi gizi sensitif sudah terbukti mampu berkontribusi sampai 70% untuk keberhasilan perbaikan gizi masyarakat, terutama untuk penurunan angka stunting”, tutur Menkes.
Program Indonesia Sehat yang difokuskan pada 4 program prioritas yaitu, percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Untuk itu, dilakukan pendekatan keluarga sebagai strategi untuk perubahan perilaku keluarga dan masyarakat, khususnya dalam pengenalan terhadap risiko penyakit.
“Pendekatan keluarga diharapkan dapat meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif”, kata Menkes.
Menurut Menkes, dari 12 indikator keluarga sehat, upaya perbaikan gizi difokuskan pada target pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan dan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan yang dilakukan di posyandu melalui penimbangan bulanan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
“Anak-anak yang mendapatkan ASI Eksklusif cenderung memiliki intelegensia yang lebih tinggi dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat. Begitu juga dengan ibu yang memberikan ASI memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena kanker payudara dan kanker rahim. Selain itu, pemantauan pertumbuhan setiap bulan diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat”, terang Menkes.
Setiap tahun, Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 Januari. Tahun ini, tema HGN ke-56 Tahun 2016 adalah Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi” dengan sub-tema “Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Peringatan Hari Gizi Nasional tahun ini harus dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gizi baik untuk membangun generasi yang tinggi, sehat dan berprestasi”, tandas Menkes.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan email [email protected].