Selain memberi manfaat sebagai pintu masuk alat angkut, orang dan barang, pelabuhan juga dapat membawa potensi dampak negatif khususnya terkait penyebaran penyakit yang berpotensi wabah atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Ancaman penyakit berpotensi wabah atau kedaruratan kesehatan masyarakat bisa datang dari luar negeri maupun berasal dari negara kita sendiri. Ancaman kejadian tersebut sulit kita perkirakan karena mobilisasi yang tinggi melalui pintu masuk negara.
Demikian pernyataan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, yang dibacakan oleh Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Kemenkes RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc, saat mengawali Simulasi Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dalam menghadapi penyakit Middle Eastern Respiratory Syndrome Corona Virus (MERSCoV) di Dermaga 204-205 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis pagi (14/4).
“Kesiapan bukan berarti hanya ditujukan terhadap MERSCoV saja tetapi kesiapsiagaan tersebut diharapkan dapat mengatasi semua kejadian atau penyakit yang berpotensi menjadi PHEIC”, tutur Dirjen P2P Kemenkes.
Ancaman penyakit masuk melalui pintu menjadi tantangan yang besar untuk Indonesia. Karena itu, upaya cegah tanggal penyakit potensial wabah di pintu gerbang negara harus terus menerus diperkuat dan ditingkatkan. Sebagaimana kita ketahui pada abad ke-20 lalu terjadi tiga kali pandemi Influenza dan tidak jarang episenternya muncul di lokasi yang tidak terduga,.
“Potensi penularan melalui pelabuhan sangat memungkinkan terjadi, bisa menjadi pandemi dengan kategori importasi penyakit datang dari luar negeri”, tambah Dirjen P2P Kemenkes.
Penyakit menular telah menjadi permasalahan global. Dalam 2 dekade terakhir, komunitas global menghadapi tantangan terkait penyebaran mikroorganisme yang menyebabkan berbagai kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular. Globalisasi penyakit menular akan sangat berpengaruh terhadap human security. Hal ini tidak hanya menyebabkan penderitaan masyarakat di berbagai negara, namun juga akan mengurangi kepercayaan publik terhadap negara, yang kemudian akan berpengaruh terhadap legitimasi negara yang bersangkutan, melemahkan dasar ekonomi, perubahan tatanan sosial dan ketidakstabilan regional.
“Apabila terjadi pandemi, tentu akan mempengaruhi semua negara di dunia. Sejumlah besar kematian akan terjadi, persediaan medis menjadi tidak memadai, dan situasi nasional terganggu. Semua negara tentunya harus siap menghadapi tidak terkecuali Indonesia”, terang Dirjen P2P Kemenkes.
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia yang terletak Jakarta Utara. Pelabuhan ini merupakan pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar pulau. Lebih kurang 70% kegiatan ekspor-impor di Indonesia keluar masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Data yang dikemukakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok menyatakan bahwa pada tahun 2015 jumlah kapal yang datang dari pelabuhan luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok tercatat sebanyak 3.309 kapal. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan penularan penyakit yang datang melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Simulasi PHEIC di Pelabuhan Tanjung Priok
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan unit pelaksana teknis yang berada dibawah Kementerian Kesehatan RI yang memiliki tugas melakukan pencegahan terhadap penyebaran penyakit potensial wabah di pintu masuk negara. Sesuai dengan amanat International Health Regulation (IHR) 2005 tentang Public Helath Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) bahwa setiap bandara dan pelabuhan harus memiliki kapasitas inti apabila terjadi kondisi PHEIC.
Simulasi Penanggulangan PHEIC ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para stakeholder yang ada dalam mendeteksi dan merespon apabila terjadi PHEIC di Wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Peserta simulasi ini melibatkan, antara lain: Unsur QICP yaitu quarantine, immigration, custom, dan port; TNI, POLRI, perusahaan pelayaran, dan perwakilan asosiasi yang berada di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok.
Kegiatan pra simulasi ditandai oleh kegiatan upacara pembukaan pada pukul 08.00 WIB. Penyelenggaraan diawali dengan pendirian tenda isolasi dan pengisian peralatan medis oleh Tim Gerak Cepat KKP dalam kurun waktu hanya 10 menit. Dilanjutkan dengan simulasi dialog antara kapten kapal dengan kantor Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, dialog Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan dengan KKP Kelas I Tanjung Priok, hingga pengaktifan Posko KLB berdasarkan instruksi Kepala Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok.
Dalam simulasi tersebut diperlihatkan proses pemeriksaan dan penjemputan suspek PHEIC di Kapal Terjangkit oleh Tim Verifikasi dan Tim Evakuasi. Selanjutnya, diperlihatkan bagaimana Tim RSPI Sulianto Saroso mempersiapkan dan mengaktifkan sistem ruang isolasi, proses rujukan suspek PHEIC ke RSPI Sulianto Saroso dan tatalaksana kasus proses dekontaminasi terhadap petugas & mobil ambulance rujukan, hingga proses tindakan dekontaminasi kapal setelah tim evakuasi menurunkan awak kapal yang sehat. Setelah suspek berhasil dirujuk, maka dilakukan pula tindakan dekontaminasi terhadap tenda isolasi, petugas medis dan pelepasan alat pelindung diri (APD).
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.