Empat gadis dan seorang perjaka berbaju putih memanggul ranselnya masing-masing sembari menunggu perahu kayu yang akan menyeberangkan mereka ke dusun seberang.
Meski setiap bulan harus menempuh perjalanan sekitar 8 jam untuk sampai ke dua dusun di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, semangat kelima peserta tim Nusantara Sehat II itu tetap membara.
“Mungkin tantangan disini yang membuat kami yang muda-muda ini semangat mengabdi,” ujar tenaga gizi asal Makassar, Sulsel Ilham Rusting (24 tahun) saat ditemui di Puskesmas Entikong di sela koordinasi wilayah Sekjen Kemenkes bersama jajaran Dinkes Provinsi Kalbar di Entikong, Senin (23/5).
Ilham yang tertarik menjadi tim NS II memang punya jiwa pengabdian sosial yang tinggi. Sebelumnya, menjadi peserta program Pencerah Nusantara III yang menjadi cikal bakal NS.
Bersama keempat rekannya, Diana Pratiwi, Anggun Permata Erwina, Isra Febrianti, dan Indria Anggraini melaksanakan tugas sesuai kompetensi mereka, yakni sebagai perawat, bidan, analis, dan kesehatan masyarakat. Seperti Ilham yang mengaku rajin mengunjungi masyarakat untuk menjelaskan pentingnya menjaga gizi ibu hamil.
“Sebelumnya disini tingkat stunting dan angka kematian bayi dan ibu memprihatinkan. Pelan-pelan disadarkan tentang Gerakan Gizi 1.000 Hari Pertama, alhamdulillah masyarakat mau menerima,” terang Ilham.
Sedangkan Anggun yang berasal dari Kaltim dan Isra dari Kendari, Sultra mengaku selama dua tahun penugasan di Entikong akan fokus membentuk kesadaran para ibu hamil tentang pola hidup sehat. Strateginya dengan jemput bola ke rumah-rumah penduduk.
“RS rujukan disini sangat jauh sekitar 3 jam. Masyarakat disini pun sering membandingkan pelayanan puskesmas dengan Malaysia yang jaraknya lebih dekat dari rumah mereka, maka tim NS Entikong mau menunjukkan tenaga kesehatan Indonesia hadir lebih dekat,” papar Anggun.
Tim NS Entikong pun optimistis jika kesadaran masyarakat untuk berobat di puskesmas meningkat. Asalkan, urai Isra, Kementerian Kesehatan turut peduli dan memperhatikan status kepegawaian tenaga kesehatan honorer dan tenaga PTT.
“Karena kami lihat para tenaga kesehatan di perbatasan Entikong-Malaysia ini semuanya adalah local heroes yang mau mengorbankan kepentingan pribadinya demi peningkatan kesehatan masyarakat,” cetus Ilham.
Sekjen Kemenkes RI dr Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. mengapresiasi pengabdian tim NS di perbatasan. Menurutnya, pendekatan harus melayani secara kekeluargaan san holistik.
“Kalau tak ada yang datang ke puskesmas harus tahu penyebabnya karena kerja di puskesmas tak boleh tersektor-sektor,” katanya.
Kadinkes Provinsi Kalbar dr Andy Jap, M.Kes. melihat kinerja NS di lima daerah perbatasan sangat efektif. Kali ini terdapat 79 peserta NS yang diturunkan di Kabupaten Bengkayang, Sanggau, Sambas, Kapuas Hulu, dan Sintang.
Dari 9 formasi dalam program NS, tiga formasi minim ketersediaan tenaga seperti tenaga dokter umum yang hanya terisi dua orang. Tenaga kesehatan NS ini ditempatkan di puskesmas untuk tindakan pencegahan dan promotif.
“Kedepannya untuk tenaga dokter diperlukan pemaksaan dalam tanda kutip. Mungkin akan dijadikan kewajiban dalam kontrak kerja setidaknya dua tahun untuk penempatan di daerah yang kurang diminati,” terang dr Andy.
Untuk mewujudkan program Indonesia Sehat 2015-2019, diadakan program NS dengan target wilayah menembus daerah pedalaman, puskesmas DTPK (Daerah Tertinggal,Perbatasan, dan Kepulauan) atau Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).
Program berbasis tim ini dimulai uji coba pada tahun 2014 di 4 puskesmas di 4 kabupaten di empat provinsi mencakup Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Maluku dan Papua. Medio Mei 2015, Tim NS I terdapat sebanyak 142 orang di 20 puskesmas dan NS II sejak Desember 2014 sebanyak 552 orang di 100 puskesmas.