Beberapa kejadian dialami berbagai negara di dunia berkaitan penyakit menular, termasuk penyakit bersumber hewan (zoonosis). Kejadian tersebut menyebabkan kerugian besar baik dalam hal sosial-ekonomi, keamanan, serta hilangnya nyawa manusia.
“Tantangan di bidang kesehatan bisa mempengaruhi aspek pembangunan lain yang lebih luas, seperti keamanan dan stabilitas ekonomi,” ujar Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) dalam sambutannya pada Pembukaan WHO Meeting on “Advancing Global Health Security; From Commitments to Actions” di Nusa Dua, Bali (27/6).
Dunia telah mencatat adanya pandemi antara lain Severe acute respiratory syndrome (SARS), Flu babi (H1N1) yang disebabkan virus influenza tipe A, Ebola, Polio, Mers-COV, dan yang baru-baru ini muncul adalah virus Zika. Beberapa penyakit menyebar dengan cepat antara lain karena kurangnya kemampuan untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon dari sebagian besar negara, termasuk negara-negara yang terkena dampak. Penting bekerja sama memperkuat kemampuan semua negara di dunia untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon ancaman kesehatan masyarakat secara global, baik ancaman biologi, kimia, maupun fisik.
“Saya ingin mendorong dan mengingatkan semua untuk bekerja secara holistik. Semua harus bekerja bergandengan tangan menuju tujuan yang sama dan tindakan yang diperlukan untuk diimplementasikan di masyarakat,” tutur Menkes.
Menurut Menkes, jika kita memperbesar kesehatan dalam aspek keamanan kesehatan global, akan terlihat keterkaitan SDGs yang tercermin dalam konsep One Health. Perlu diketahui, konsep One Health (satu kesehatan) didefinisikan sebagai suatu upaya kolaboratif dari berbagai sektor, utamanya kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global untuk mencapai kesehatan yang optimal.
“Pengendalian penyakit zoonosis dan antimicrobial resistance (AMR) memerlukan kolaborasi multisektor, tidak hanya terbatas pada kesehatan dan pertanian, tetapi juga dengan kehutanan, lingkungan dan pendidikan,” terang Menkes.
Mulai dari pengawasan terintegrasi pada manusia dan hewan untuk mengatasi kejadian Avian Influenza, Rabies, dan kasus atau wabah Anthrax; penyelidikan epidemiologi wabah pada manusia dan epidemi pada hewan yang terintegrasi; pelatihan terintegrasi untuk sumber daya kesehatan dan pertanian tentang manajemen kasus gigitan hewan dan pengawasannya. Hal-hal tersebut adalah contoh dari apa yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk menangani kasus penyakit zoonosis.
Sejalan dengan sustainable development goals (SDGs), peningkatan kapasitas untuk mengatasi ancaman kesehatan masyarakat global tentu membutuhkan dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh. Berkaitan dengan hal tersebut, Menkes menuturkan bahwa Indonesia memiliki terobosan pembangunan kesehatan, diantaranya melalui: Penyebaran tim kesehatan untuk menjangkau daerah-daerah tertinggal, perbatasan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK); Dimulainya pendekatan “Kesehatan Keluarga” yang berfokus pada kunjungan rumah guna mendeteksi dini, pengobatan, dan mengutamakan tindakan promotif-preventif; Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS); serta perlindungan asuransi kesehatan sosial yang disebut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diperluas dari waktu ke waktu untuk mencapai cakupan kesehatan universal pada 2019
Seperti halnya pengalaman banyak negara berkembang, penyakit zoonosis masih menjadi masalah kesehatan penting di Indonesia, menjadi dilema bagi sektor kesehatan manusia dan hewan. Bagaimanapun juga, morbiditas dan mortalitas pada manusia yang disebabkan penyakit zoonosis tertentu, seperti Avian Influenza (AI) atau lebih dikenal dengan sebutan Flu Burung juga penyakit Leptospirosis cenderung menurun selama dekade terakhir. Pemerintah Indonesia didukung oleh masyarakat telah berupaya intensif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit zoonosis pada manusia dan hewan sejak lebih dari 5 dekade yang lalu.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id