Sebuah momentum yang baik dalam rangkaian Hari Kesehatan Sedunia yang mengangkat tema “Cegah, Obati, Lawan Diabetes”, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) meluncurkan Gerakan Indonesia Lawan Diabetes pada pembukaan Workshop Edukasi Indonesia Lawan Diabetes yang digelar di salah satu Hotel di Kawasan Jakarta Pusat, Sabtu pagi (13/8). Kegiatan workshop edukasi diabetes dilanjutkan dengan tutoring aplikasi mobile diabetes solution center (DSC) dan kampanye Indonesia Lawan Diabetes.
“Seperti di negara-negara lain dunia, di Indonesia Diabetes menjadi salah satu penyebab kematian terbesar”, tutur Menkes.
Di Indonesia, Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 dengan persentase sebesar 6,7% setelah stroke (21.1%) dan Jantung (12.9%). Mengutip data riset kesehatan dasar (Riskesdas), menunjukkan peningkatan prevalensi Diabetes di Indonesia dari 5,7% pada 2007 menjadi 6,9% pada 2013 atau sekitar 9,1 juta penderita.
“Diabetes dan komplikasinya berdampak pada besarnya beban pembayaran klaim JKN. Biaya penanganan untuk penyakit katastropik mencapai 33% dari total pengeluaran BPJS Kesehatan”, ungkap Menkes.
Meningkatnya kasus Diabetes selain berakibat besarnya beban pembiayaan kesehatan, juga menurunkan umur harapan hidup (UHH) akibat kematian dini akibat Diabetes, turunnya kualitas hidup manusia akibat cacat yang ditimbulkan, serta meningkatkan beban ekonomi Negara.
Sebenarnya, 90% kasus Diabetes mellitus (DM) di Indonesia merupakan Diabetes Tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan sebagian besar dari kasus DM Tipe tersebut dapat dicegah dengan upaya pengendalian faktor risiko.
“Faktor risiko pencetus Diabetes harus dicegah dan dikendalikan, diantaranya dengan cara diantaranya mengendalikan berat badan, banyak aktivitas fisik, diet sehat, dan deteksi dini.”, kata Menkes.
Kendalikan Berat Badan
Berat badan berlebih dan obesitas adalah faktor risiko predominan diabetes. Hasil Riskesdas tahun 2013 memperlihatkan bahwa prevalensi berat badan berlebih atau overweight di Indonesia mencapai 13,5% dan obesitas 15,4%. Padahal, peningkatan berat badan berbanding lurus dengan peningkatan Diabetes.
Perbanyak Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang tidak memadai akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk menderita Diabetes. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa lebih dari seperempat penduduk Indonesia kurang beraktifitas-fisik.
Diet Sehat
Diet kaya kalori, garam, lemak jenuh dan gula, dan rendah serat dapat menyebabkan peningkatan berat badan berlebih dan meningkatkan risiko diabetes. Kurang dari 10% masyarakat Indonesia mengkonsumsi serat, hal ini tampak dari hasil Riskesdas 2013. Selain itu, dari Survei Diet Total (SDT, 2014) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung mengkonsumsi tinggi kalori, garam, gula dan lemak jenuh.
Pentingnya Deteksi Dini
Banyak penyandang diabetes di Indonesia yang tidak mengetahui dirinya diabetes, sehingga tidak melakukan deteksi dini. Padahal, jika dilakukan deteksi dini maka komplikasi dapat dicegah. Dengan demikian, penyandang diabetes dapat tetap produktif, tidak mengalami kecacatan dan dapat hidup dengan sehat.
Deteksi dini faktor risiko terintegrasi melalui Posbindu PTM sangat penting dalam penemuan Dini Kasus DM. Dengan memeriksakan diri ke Posbindu PTM secara berkala, setiap 6-12 bulan sekali, maka seseorang dapat diskrining jika menderita PTM, termasuk Diabetes, untuk segera diobati. Selain itu, dapat melihat kondisi kesehatan tertentu, seperti tekanan darah tinggi atau kegemukan agar dapat disikapi dengan tepat atau apakah harus segera menghentikan perilaku yang tidak sehat, seperti makan makanan yang tidak sehat, makan berlebihan, kurang aktivitas fisik, merokok, atau minum alkohol, serta memperoleh informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Upaya pencegahan dan pengendalian Diabetes yang paling utama adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat CERDIK Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin berolah raga/beraktifitas fisik. Diet seimbang, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, Istirahat Cukup, dan Kelola stress, serta secara berkala memeriksakan diri untuk mengetahui faktor risikonya terhadap Diabetes Melitus, serta merujuk lebih lanjut ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memperoleh pengobatan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 1500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.kemkes.go.id dan email kontak@depkes.go.id.