Kejadian pembakaran hutan di beberapa wilayah di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi telah dilakukan saat membuka lahan baru untuk berkebun. Kejadian ini umumnya dilakukan awal musim kemarau, dengan harapan pada awal musim hujan mendatang lahan sudah bersih dan siap tanam. Awal musim kemarau di beberapa daerah di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi telah dimulai pada akhir Juli 2016.
Sejalan dengan awal musim kemarau ini beberapa masyarakat mulai melakukan pembakaran lahan dan cenderung tidak terkendali dan menyebabkan kabut asap yang merugikan kesehatan. Terkait hal ini telah dibentuk Posko Karhutla Provinsi, dengan melibatkan Dinas Kesehatan dalam Satgas penanggulangan Karhutla.
Pemantauan yang dilakukan Satgas sepanjang bulan Juli sampai dengan sekarang telah terlihat titik panas dalam citra satelit yang jumlah dan lokasinya sangat variatif dan dinamis dari hari ke hari. Pengecekan lapangan oleh satgas didapatkan bahwa tidak semua titik panas citra satelit adalah gambaran nyata kebakaran di lapangan. Namun bila setelah pengecekan lapangan ditemukan beberapa titik api maka langsung dilakukan pemadaman serta penangkapan pelaku pembakar.
Dengan Kebijakan ini relatif dapat mengendalikan terjadinya kebaran yang luas dan tidak terkendali. Selain itu, adanya pemberlakukan kebijakan moratorium pembukaan lahan sawit baru dan ditambah kondisi cuaca saat ini kemarau basah (Kemarau namun curah hujan masih cukup menjadi faktor pendukung terkendalinya kebakaran.
Selain itu, hingga saat ini laporan dari Fasilitas Kesehatan (Faskes) di daerah terkait Karhutla belum terlihat indikasi kenaikan Influenza Like Ilness (ILI) yang signifikan, sebagai indikator dini dari dampak asap akibat kebakaran.
Untuk melakukan pengurangan risiko dari dampak Karhutla, Kemenkes melakukan upaya-upaya pengurangan risiko, antara lain:
a. Penguatan Manajemen Pengelolaan Krisis/Bencana di Daerah
Pada bulan Maret s/d Mei 2016 telah dilaksanakan asistensi teknis manajemen bencana di 34 kabupaten/kota di 8 Provinsi terdampak Kabut Asap 2015 – Juni s/d Agustus 2016 telah dilakukan Pendampingan Penyususnan Peta Respon serta Penyususnan Renkon Kabut Asap di 34 Kab/Kota yang telah di asistensi.
b. Melakukan Pelatihan Teknis Penanggulangan Kabut Asap
Telah dilakukan Pelatihan Teknis Penangggulangan Kabut Asap di Palembang pada bulan Juni 2016, dengan penekanan pada peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk mampu membuat ruang/rumah aman asap dengan teknologi tepat guna. Kegiatan ini dilaksanakan secara internasional dengan mengundang beberapa negara (Malaysia, Jerman, dan Timor Leste). Kegiatan pelatihan ini adalah agenda Pusat Krisis Kesehatan (PKK) dan WHO dengan narasumber dari WHO, Kemendikbud, Kemen LHK, ITB, BNPB, Korem selaku Incident Commander Kabut Asap 2015.
c. Melakukan Koordinasi Klaster Kesehatan dalam Menghadapi Kabut Asap
Koordinasi Klaster Kesehatan dilaksanakan bulan Mei 2016 di Palembang dengan menghadirkan Klaster Kesehatan Kabupaten/Kota terdampak asap tahun 2015 di Pulau Sumatera. Narasumber yang dihadirkan adalah : Klaster Kesehatan Nasional, IDAI, PDPI, Basarnas, BNPB.
d. Melakukan penyusunan dan distibusi bahan Promosi Kesehatan (Promkes)
pada bulan Maret s/d Mei 2016 dilaksanakan penyusunan bahan Promkes untuk sekolah bersama Kemendikbud.
e. Penambahan Stok Logistik Kesehatan di Daerah
Penambahan stok obat-obatan dan masker dilakukan di Instalasi Farmasi Provinsi yang diprediksikan terdampak kabut asap oleh Dit. Oblik dan Perbekkes. Selain itu mengingatkan Dinkes Provinsi. Kabupaten/Kota terdampak untuk mengantisipasi penambahan kebutuhan obat dan masker untuk antisipasi kabut asap.
f. Asistensi Siaga Darurat
Melakukan Asistensi dan pemantauan Posko Karhutla di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimanatan Barat dan Kalimantan Tengah. Selain itu, Kemenkes melakukan pengiriman Tim Kaji Cepat Kesehatan ke daerah yang ditemukan titik api dan berpotensi masalah. Tim Kaji Cepat merupakan gabungan dari Pusat Krisis Kesehatan (PKK), Balai Teknik kesehatan dan Lingkungan (BTKL), Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dit Promkes, Dit Pelayanan Kesehatan Primer/Rujukan, Dit kesehatan Lingkungan dan Poltekkes setempat.
g. Penyiapan Cadangan Logistik Kesehatan Terpusat
Saat ini telah disiapkan cadangan pusat untuk obat-obatan dan masker di Dit Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Oblik Perbekkes). PKK juga menyiapkan cadangan masker biasa sebanyak 400.000 lembar , masker N95 sebanyak 100.000 lembar, dan Oksigen Konsentrator 16 unit.
h. Monitoring Pusat
Monitoring Pusat dilaksanakan terpadu dengan integrasi data dan koordinasi rutin bersama ; BMKG untuk kondisi prediksi cuaca, titik panas, arah angin; BNPB untuk kondisi lapangan berdasarkan pelaporan Posko Karhutla Provinsi; Kemen LHK untuk sistem pemantauan Karhutla; Kemenko PMK untuk koordinasi rutin Karhutla; dan Posko Karhutla Provinsi untuk pemantauan kondisi lapangan dan dampak terhadap kesehatan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP 196110201988031013