Dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit, tahun 2016 menjadi tahun yang dinilai penuh kejutan dan tantangan, karena kemunculan penyakit yang emerging, re-emerging dan new emerging ini mengingatkan kita agar tidak boleh lengah terhadap penyakit-penyakit yang telah dinyatakan eliminasi atau eradikasi.
“Penyakit-penyakit yang telah dinyatakan eliminasi atau eradikasi, kemungkinan untuk muncul kembali itu tetap ada. Kita harus terus waspada.”, tutur Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. H. M. Subuh, MPPM, dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2016 Kemenkes RI di Auditorium Leimena, Kemenkes RI, Kamis (29/12).
Menanggapi pertanyaan media mengenai new emerging disease, dr. Subuh menerangkan bahwa penyakit new emerging diantaranya adalah HIV/AIDS dan Flu Burung. Sednagkan penyakit emerging adalah penyakit yang banyak ditemukan, salah satunya Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Penyakit Zika bukan merupakan penyakit baru atau new emerging disease, tetapi re-emerging disease atau muncul kembali yang neglected (terlupakan). Bagaimanapun Zika masih merupakan suatu ancaman, karena negara tetangga kita endemis, sehingga kewas
Menurut dr. Subuh, Kemenkes terus melakukan pengawasan melalui surveilans yang dilakukan dan membaca signal atau tren penyakit yang merebak di negara-negara lain, sebagai langkah preparedness.
“Saat ini yang perlu diwaspadai adalah Flu Burung, karena angka kematiannya tinggi dan telah mulai merebak di daratan China. Meskipun pada tahun 2016 ini kita tidak menemukan kasus Flu Burung, tetapi obat Tamiflu tetap kita beli sebagai langkah antisipasi”, kata dr. Subuh.
Oseltamivir, obat antivirus influenza yang dikenal dengan sebutan Tamiflu, merupakan obat utama yang dipakai dalam mengatasi pandemi flu di banyak negara.
“Obat Tamiflu tetap kita beli, tetap kita adakan, meskipun bila nanti tidak ada kasus berarti tidak terpakai. Kita tidak mau ada risiko”, jelas dr. Subuh.
Ditambahkan, pengadaan obat Tamiflu merupakan stock secara nasional, disimpan di Pusat dan dipakai sesuai keperluan.
“Begitu ada indikasi kasus Flu Burung, harus diminta dari Kabupaten/Kota atau RS Provinsi ke Pemerintah Pusat”, tandas dr. Subuh.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.