Makkah, 26 Agustus 2017
Rumikah (72), menemani dan menunggu suaminya, sugito (74) inadah haji di Tanah Suci. Dari Tanah Air sudah menderita sakit diabet, kakinya berkoreng karena sakit gulanya, sehingga kakinya tak dapat digunakan untuk berjalan. Akhirnya, untuk mendukung aktifitas sehari-hari, Sugito harus menggunakan kursi roda.
Sugito dan Rukimah, sama-sama mendapat kesempatan berhaji tahun ini. Keduanya mendapat paspor dan visa haji. Kini, keduanya berada di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. Sugito terbaring lelah, Rukimah pasrah mendampingi suami di KKHI.
Hal ini disampaikan Rumikah kepada Tim Promotif dan Preventif, saat acara penyuluhan kesehatan haji pada keluarga pasien yang mendapat perawatan di KKHI Makkah, 25 Agustus 2017, di Makkah.
Waktu masih di Tanah Air, ada yang mengatakan bila ada jemaah sakit, nanti kalau sampai di Tanah Suci akan sembuh.
“Jadi dengan adanya penjelasan itu, saya sebagai orang kampung yang tidak paham dan sudah tua, ya percaya saja, tapi kenyataanya kok berbeda, malah lebih berat”, akunya.
Menurut Rumikah, sebelum berangkat dirinya masih kuat berjalan dengan kedua kakinya, tapi saat ini kakinya sudah tambah lemah, tak kuat menaham beban tubuhnya. Jadi saya juga harus menggunakan kursi roda.
“Awalnya saya yang harus kuat melayani dan mendorong suami dengan kursi roda, tapi kalau saya juga dengan kursi roda, nanti bagaimana, keduanya jompo”, akunya sedih.
Menurutnya tiga tahun lalu, dirinya menerima pengalaman adiknya. Adiknya ini bercerita tentang manisnya beribadah haji di tanah suci. Tentu Rumikah juga ingin sekali merasakan sendiri cerita manis beribadah haji di tanah suci itu.
“Eh…kok begini ceritaku beda banget, penuh ujian yang berat dan semakin berat mendekati wukuf ini. Semoga saya diberi kekuatan menjalani sisa hidup ini”, harapnya sedih.
Sekiranya saya masih diberi umur panjang, saya akan beritakan kepada sanak saudara di kampung, kalau memang tidak sehat dan kuat menjalani ibadah haji yang membutuhkan fisik dan tenaga yang kuat, lebih baik tak usah berangkat haji.
“Risikonya berat, ya berat menjalaninya. Jemaah haji yang masih muda saja berat, apalagi seperti saya yang sudah lansia dengan penyakit, pakai kursi roda sangat berat sekali. Cukup saya saja yang terlanjur menjalani”, katanya.
Menyikapi kondisi pasien seperti di atas, Kapuskeshaji, Dr. dr.Eka Jusup Singka, MSc mengatakan pengukuran kesehatan dilakukan dengan standarisasi medis yang dapat dipercaya. Secara empiris memang ada kelompok penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya dan mengancam jiwa pasien.
“Itulah sebabnya ada kelompok penyakit yang dikategorikan sebagai tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan. Kasihankan…, Jemaah tidak bisa menjalankan rukun dan wajib haji”, jelas dr. Eka.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH