Salatiga, 30 Agustus 2017
Mendengar suara seekor nyamuk berdenging mungkin sudah biasa. Namun, bagaimana bila berkesempatan mendengar langsung ratusan ribu ekor nyamuk dalam satu kandang kecil sehingga menimbulkan suara gemuruh? Atau melihat berbagai jenis tikus, kelelawar dan potensi penyakit yang ada di dalam tubuhnya, bahkan juga menikmati secara langsung karya seni yang terbuat dari specimen nyamuk, lalat atau kecoa.
Itulah pengalaman pertama yang pastinya tidak akan terlupakan yang dirasakan lima puluh blogger kesehatan yang berasal dari Jakarta dan Semarang saat berkunjung ke Dunia Vektor (Duver) yang merupakan unit pelaksana teknis Balai Besar penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) di Salatiga,
“Dalam dunia kesehatan masyarakat, binatang bisa menjadi perantara penulaan penyakit, yang dikenal dengan istilah kelompok vektor dan reservoir”, ujar Dra. Widarti, M.Kes, Ketua Panitia Pembina Ilmiah (PPI) B2P2VRP Salatiga, saat memberikan sambutan selamat datang kepada para Blogger Kesehatan, Selasa sore (29/8).
Vektor adalah organisme yang bukan merupakan penyebab penyakit tetapi dapat menularkan, memindahkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau bahkan manusia, misalnya nyamuk sebagai vektor beberapa penyakit, yakni demam berdarah dengue (DBD), Malaria, Chikungunya, Filariasis, dan Japanese Enchepalitis (JE).
Sementara reservoir adalah hewan yang terdapat kuman pathogen di dalam tubuhnya, hidup bersama dan tidak terkena penyakit, namun kuman pathogen tersebut tetap berbahaya bagi kesehatan manusia, misalnya tikus dan kelelawar.
Interaksi antara manusia dengan hewan, kebiasaan manusia dalam menjaga kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit. Untuk itu, perlu kesadaran untuk mengendalikan vektor dan reservoir yakni dengan menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sehigga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.
“Cara agar dapat terhindar dari penyakit terkandung dalam tubuh reservoir dan ditularkan oleh vektor adalah dengan menjaga kebersihan, utamanya menghilangkan sarang atau tempat perkembangbiakan hewan tersebut”, tambahnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH