Tabanan, 1 Maret 2018
Kamis pagi (1/3), Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) didampingi Bupati Tabanan, Ni Putu Eka, S. Sos, dan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Anung Sugihantono, M.Kes,, mencanangkan Kampanye Imunisasi Japanese Encephalitis (JE) di halaman SMP Negeri 1 Tabanan Bali. Kampanye ini merupakan dari kegiatan introduksi imunisasi JE untuk mencegah penyakit radang otak (Ensefalitis) dengan meningkatkan kekebalan spesifik individu terhadap virus JE.
“Hari ini kita akan canangkan dimulainya kampanye Imunisasi Japanese Encephalitis di seluruh Provinsi Bali. Kegiatan ini akan berlangsung selama dua bulan penuh dengan sasarannya adalah anak berusia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun”, tutur Menkes.
Tahun ini, introduksi imunisasi JE akan dimulai di provinsi Bali. Kegiatan introduksi ini didahului dengan Kampanye Imunisasi JE yakni upaya pemberian imunisasi JE secara massal pada Maret sampai dengan April 2018, termasuk sweeping. Kegiatan sweeping dilakukan untuk menjangkau sasaran yang belum diberikan imunisasi karena sakit, sedang bepergian, orang tua yang sibuk, atau tidak mengetahui mengenai adanya kampanye imunisasi JE maupun alasan lainnya. Sebagai bagian dari catch up campaign di daerah endemis JE di Indonesia, imunisasi JE diberikan pada seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun. Untuk selanjutnya, imunisasi JE akan masuk ke dalam jadwal imunisasi rutin di Bali dan diberikan pada anak usia 10 bulan.
Kampanye imunisasi JE dilaksanakan dengan tujuan untuk mengendalikan penyakit JE di daerah berisiko JE. Secara khusus, diharapkan introduksi imunisasi JE mampu menurunkan angka kasus AES dan menurunkan angka kesakitan akibat penyakit JE.
Pelayanan imunisasi dilakukan di pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan, antara lain Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak, SD/MI/sederajat, SDLB dan SMP/MTs/sederajat dan SMPLB, Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, anak-anak akan diberikan 1 dosis (0,5 mL) secara suntikan subkutan. Pada anak usia 9-12 bulan, penyuntikan dilakukan pada paha lateral kanan sedangkan pada anak usia >12 bulan, penyuntikan dilakukan pada area deltoid di lengan kanan. Vaksin yang digunakan sudah mendapatkan rekomendasi atau Pre Qualified (PQ) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sertifikat pelulusan bets/lot (batch/lot release certificate) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin ini terbukti aman dan efektif untuk mencegah penyakit JE serta telah digunakan di berbagai negara di dunia. Meski demikian, tetap perlu dipastikan bahwa anak yang akan diimunisasi berada dalam kondisi sehat dan dapat menerima imunisasi JE.
Virus JE merupakan penyebab utama kejadian penyakit Ensefalitis virus di Asia, termasuk di Indonesia. Manusia dapat terinfeksi virus JE karena ini merupakan penyakit bersumber binatang (zoonosis) yang ditularkan melalui vektor penyebar virus JE yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE. Jenis nyamuk yang banyak ditemukan di sekitar rumah antara lain area persawahan, kolam atau selokan (daerah yang selalu digenangi air). Sedangkan reservoarnya adalah babi, kuda dan beberapa spesies burung. Jadi manusia merupakan inang terakhir (dead-end hosts).
“JE dapat menimbulkan kematian, bila bertahan biasanya terdapat gejala sisa yang berat termasuk kelumpuhan dan keterbelakangan mental”, ujar Menkes.
Hasil surveilans sentinel tahun 2016 yang dilakukan di 11 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 326 kasus Acute Encephalitis Syndrome (AES) dengan 43 kasus (13%) diantaranya positif JE. Seperti kita ketahui bahwa tanda klinis dari JE tidak dapat dibedakan dengan penyebab lain dari Acute Encephalitis Sindrom (AES), sehingga konfirmasi laboratorium menjadi sangat penting. Kasus JE adalah kasus AES yang telah dikonfirmasi positif dengan pemeriksaan laboratorium (IgM) positif.
Sebanyak 85% kasus JE di Indonesia terdapat pada kelompok usia ≤15 tahun dan 15% pada kelompok usia >15 tahun. Data surveilans kasus JE di Indonesia tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat sembilan provinsi yang melaporkan adanya kasus JE, diantaranya adalah Provinsi Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau, dengan kasus JE terbanyak terdapat di provinsi Bali.
Data tersebut menguatkan langkah pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk melakukan introduksi atau pengenalan vaksin baru untuk mencegah infeksi JE. Introduksi imunisasi JE ini telah direncanakan sejak lama dan matang oleh Pemerintah.
Dalam sambutannya, Menkes menekankan bahwa keberhasilan suatu negara untuk bersaing di dunia internasional sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, salah satu upaya dari Pembangunan Kesehatan adalah mewujudkan Bangsa Indonesia yang sehat, bermutu, produktif dan berdaya-saing. Upaya ini harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan, dilanjutkan setelah bayi lahir, ketika masa kanak-kanak, hingga masa dewasa. Salah satu cara efektif dalam mencegah penyakit adalah dengan memberikan imunisasi pada masa bayi, kanak-kanak, dan dewasa.
“Sampai saat ini belum ada obat untuk JE dan imunisasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah JE pada manusia. Karena itu, diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mensukseskan Kampanye Imunisasi JE ini”, tandas Menkes.
Di akhir sambutannya, Menkes optimis bahwa kampanye ini bisa mencakup 95% dari total sasaran 962.810 anak, sehingga tercipta kekebalan terhadap virus JE seperti yang diharapkan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].(myg)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH.