Jakarta, 4 Juli 2018
Bagi sebagian masyarakat, smartphone dengan layanan internet hampir selalu berada dalam genggaman, karena memberi kemudahan bagi banyak orang untuk dapat mengakses informasi bahkan hiburan. Meski demikian, penggunaan yang tidak tepat atau berlebihan dapat membawa penggunanya pada ketergantungan atau kecanduan.
Praktisi kesehatan jiwa dari Universitas Atma Jaya, dr. Eva Suryani, SpKJ menyatakan bahwa tidak dipungkiri bahwa saat ini, gadget atau gawai digunakan di mana-mana dan oleh segala usia. Berbagai fitur pada smartphone dimanfaatkan tidak hanya untuk mendukung pekerjaan orang dewasa, namun banyak juga (orang tua) yang menggunakan gawai seperti baby sitter untuk menenangkan bayi dan Balita.
“Semakin terpapar pada saat usia yang semakin dini, maka kerentanan (ketergantungan) terhadap gadget dan internet itu akan semakin besar,” ujarnya dr. Eva kepada Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI saat dijumpai di Departemen Psikiatri FKUI-RSCM Jakarta, Selasa petang (3/7).
Ditekankan dr. Eva, bahwa otak anak itu belum berkembang secara sempurna. Bayi, Balita, Anak dan Remaja belum dapat membedakan mana hal yang benar dan salah, serta hal yang boleh dilakukan atau tidak.
“Mereka bahkan belum mengerti apa itu definisi membatasi. Karena itu, potensi munculnya perilaku impulsive menjadi tinggi.” imbuhnya.
Definisi Adiksi
Adiksi atau ketergantungan/kecanduan merupakan sebuah pola perilaku yang menekan untuk dilakukan (atau digunakan) secara terus menerus meskipun terdapat konsekuensi negatif (berat) baik fisik, sosial, spiritual, mental dan ekonomi.
“Ada yang menyebut adiksi ini sebagai brain disease karena memang ada gangguan di bagian otak seseorang sehingga sulit mengendalikan perilakunya,“ tutur dr. Kristiana Siste, SpKJ(K) dari Departemen Psikiatri Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia pada kesempatan yang sama.
Menurut dr. Siste, seseorang yang mengalami adiksi, struktur dan fungsi otaknya berubah, terutama bagian pusat kognitif, yang disebut pre-frontal cortex. Gangguan pada bagian otak tersebut mengakibatkan orang yang mengalami suatu ketergantungan atau kecanduan kehilangan beberapa kemampuan otaknya, antara lain fungsi atensi (memusatkan perhatian terhadap sesuatu hal), fungsi eksekutif (merencanakan dan melakukan tindakan) dan fungsi inhibisi (kemampuan untuk membatasi).
Rekomendasi
Pada kesempatan tersebut, dr. Siste menegaskan pola orang tua dalam menggunakan gawai terutama di hadapan anak-anak akan menjadi contoh bagi mereka dan tanpa sadar membentuk pola pikir mereka.
Karena itu, penting bagi para orang tua untuk memperhatikan beberapa rekomendasi dalam menggunakan gawai tersebut, antara lain:
Bayi 0- 6 bulan sebaiknya tidak diperkenalkan smartphone. Bayi usia antara 1-2 tahun boleh diperkenalkan namun tidak boleh lebih dari 1 jam per hari. Anak sampai dengan usia 6 tahun boleh menggunakan gadget namun harus selalu diawasi orang tua, sementara anak usia > 6 tahun boleh menggunakan hanya untuk program-program yang aman untuk usianya, serta penggunaan gadget tidak lebih dari 3 jam per hari.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM