Jakarta, 21 Agustus 2018
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung nutrisi lengkap yang diperlukan anak untuk tumbuh kembang optimal. Keberhasilan ibu dalam memberikan ASI pada anak akan berdampak positif seperti mencegah stunting dan meningkatkan kecerdasan sang anak. Peran aktif dan pengetahuan ibu akan berdampak pada keberhasilan ASI.
“Sebagai seorang wanita (calon ibu), ada baiknya memiliki pengetahuan dan kesadaran yang besar tentang pentingnya ASI. Ibu harus berperan aktif, maka hal ini akan berdampak pada keberhasilan pemberian ASI,” ungkap Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek, saat membuka seminar peringatan Pekan ASI Sedunia 2018, di Jakarta (20/8).
Pada kesempatan yang sama, salah satu pemenang Lomba Ibu dengan ASI Eksklusif tahun 2018, Segarnis Dhiasy, membagikan kisahnya dalam memperjuangkan ASI untuk anak lelakinya yang saat ini berusia 8 bulan, Ibrahim Dirgantara Arsyi. Ia meyakini bahwa ASI adalah hak bagi setiap bayi, dan hal terbaik yang bisa ia berikan untuk anaknya.
“Saya bertekad untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang ibu untuk menyusui anak saya. Untuk itu perlu saya persiapkan, dengan mencari informasi jauh-jauh hari sebelum hari kelahiran anak saya”, tutur Garnis.
Menurut Garnis, proses melahirkan dapat mempengaruhi produksi ASI dan keberhasilan menyusui. Untuk itu, ia bersama suami mencari informasi dan mengupayakan agar memiliki persalinan yang nyaman, aman, dan minim rasa sakit.
Perjuangan memberikan ASI perempuan muda berusia 26 tahun tersebut dimulai dari proses kelekatan antara ibu dan anak bernama inisiasi menyusu dini (IMD), dalam proses ini ternyata ASI belum bisa keluar. Garnis juga meminta agar tempat tidurnya dan bayinya tidak dipisahkan. Ia pun melakukan pelekatan puting susu kepada bayinya, melakukan pijatan lembut namun masih gagal karena flat nipple. Tidak sendirian, suaminya pun mendukung upayanya dengan tetap menjaga agar bayi mereka tidak diberikan apapun selain ASI.
“Saya ingat bahwa ibu menyusui perlu beristirahat untuk mengembalikan stamina, makan makanan bergizi, dan harus relax agar happy. Setelah itu saya mulai lagi berusaha dengan memijat lembut payudara saya dan Alhamdulillah pada hari kedua ASI saya keluar meskipun hanya beberapa tetes saja”, kisahnya.
Dalam penjelasannya, banyak hal yang perlu calon ibu pelajari selama menyusui bayi. Menurutnya, menyusui itu merupakan proses belajar dua arah, antara ibu yang belajar menyusui dan bayi yang belajar menyusu. Tidak mudah karena berbagai tantangan yang perlu diantisipasi, misalnya trauma akibat persalinan, bentuk puting payudara yang datar, puting yang lecet bahkan hingga berdarah, dan baby blues syndrome. Selain itu, seorang ibu juga harus memahami prinsip supply-demand dalam proses memerah ASI dan manajemen ASI.
Apapun keterbatasan dan tantangannya, seorang ibu tidak boleh menyerah untuk berjuang memberikan ASI dengan berbagai cara untuk tujuan mulia yakni memberi makanan terbaik bagi buah hatinya.
“Hal utama yang harus dimiliki oleh ibu adalah tekad yang kuat, berusaha dan tidak menyerah, dan yang paling utama adalah konsistensi memerah ASI,” tandasnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (tsh/myg)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM