Nusa Dua Bali, 13 September 2018
Suara alat musik kul-kul yang bertalu-talu menjadi tanda dibukanya kegiatan The 12th Asia Pasific Conference on Tobacco (APACT12th) or Health di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/9).
Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek; Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise; WHO Representative of Indonesia, Dr. N. Paranietharan; dan Ketua Penyelenggara kegiatan APACT12th, Arifin Panigoro; bersama-sama membuka kegiatan yang dihost oleh Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Indonesia dan dihadiri oleh perwakilan dari 29 negara di kawasan Asia Pasifik tersebut.
Ketua penyelenggara APACT12th, Arifin Panigoro, menuturkan bahwa produk hasil tembakau, dalam hal ini rokok, menimbulkan kematian dan bahaya yang besar terhadap masyarakat, terutama kelompok usia muda dan usia produktif.
“Saya meyakini bahwa investasi yang baik akan mendatangkan imbal hasil yang baik. Semua yang hadir dalam acara ini meyakini bahwa ancaman bahaya rokok itu nyata. Ini bukan tipuan. Ini berdasarkan ilmu pengetahuan”, tutur Arifin Panigoro dalam sambutannya pada pertemuan tersebut.
Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, menyatakan bahwa semua negara di Asia Pasifik tentu sedang sama-sama berjuang untuk mengendalikan dampak bencana konsumsi rokok. Puluhan tahun lalu, rokok diperkenalkan oleh industri rokok untuk kepentingan komersil, lalu menyebar sehingga perilaku merokok menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat yang berdampak besar bagi negara tersebut. Namun, Nila tetap yakin dan optimis bahwa dengan data dan pengetahuan yang dimiliki masing-masing negara, akan menjadi kekuatan bagi negara terebut untuk mampu memerangi epidemi perilaku merokok.
Indonesia, hingga saat ini masih menghadapi permasalahan tersebut. Angka jumlah perokok di kelompok remaja usia 15-19 tahun meningkat dua kali lipat, dari 12,7% (2001) menjadi 23,1% (2013). Sementara itu, data survei indikator kesehatan nasional (Sirkesnas, 2016) menunjukkan bahwa 54,8% remaja laki-laki berusia antara 15-25 tahun merokok.
“Penguatan upaya pengendalian konsumsi rokok sangat dibutuhkan. Hal ini menjadi begitu amat terasa di saat kasus-kasus penyakit tidak menular menjadi beban yang besar dalam program jaminan kesehatan nasional (JKN),” kata Menkes Nila.
Pada kesempatan tersebut, WHO Prepresentative of Indonesia, N. Paranietharan, mengatakan bahwa Universal Health Coverage akan sebuah hal yang sulit dicapai oleh negara berkembang tanpa keberhasilan pencegahan dan pengendalian konsumsi produk tembakau.
Untuk itu, Paranietharan tetap menyemangati seluruh negara di Asia Pasifik, khususnya Indonesia untuk selalu bersemangat dan pantang menyerah dalam mendorong upaya pengendalian rokok.
“Do not despair when we lose one or two battles along the way, we will eventually win the WAR against tobacco,” tuturnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM