Jakarta, 12 November 2018
Sebagai bentuk apresiasi terhadap pengabdian seseorang dalam pembangunan kesehatan, dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-54 tahun 2018, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, SpM(K), memberikan Anugerah Menteri Kesehatan kepada lima sosok inspiratif dalam pembangunan kesehatan, yaitu:
1) Abie Wiwoho Hantoro dari Bekasi merupakan seorang peneliti, konsultan dan praktisi pengolahan limbah yang dikenal dengan sebutan Dosen Urusan Jamban ini berhasil menginisiasi desain tangkiseptik atau instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan sistem biofilter komunal. Tergerak mempelajari limbah rumah tangga karena prihatin dengan pencemaran lingkungan yang semakin memprihatinkan masyarakat.
“Masyarakat harus ingat bahwa air bersih di tempat lain itu cukup sulit. Karena itu, jangan membuang-buang percuma (air bersih) kerena suatu hari nanti air akan menjadi komoditas yang mahal harganya,” pesan Menkes saat memberikan pandangannya seputar inovasinya di bidang kesehatan lingkungan.
2) Dudi Krisnadi dari Blora berhasil membangun Kampung konservasi Tanaman Kelor di di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Menkes Nila Moeloek merasa bangga dengan inovasi pembudidayaan tanaman kelor yang dinilainya mengandung banyak sekali zat besi. Hal ini disoroti Menkes Nila Moeloek mengingat tingginya anemia pada remaja Indonesia, sehingga budidaya dan pemanfaatan tanaman kelor diharapkan mampu menjadi alternatif solusi dari permasalahan anemia pada remaja.
“Anemia pada remaja berkontribusi pada kondisi ibu hamil yang kurang energi kronis, dan pada akhirnya berpotensi melahirkan generasi yang stunting, kerdil badannya kerdil pula otaknya. Saat ini 4 dari 10 anak Indonesia stunting”, ucap Menkes.
3) Bidan Eros Rosita dari Lebak, Banten berhasil menyingkap ketertutupan warga Suku Baduy di Kanekes, Lebak, Banten demi meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Semangatnya yang pantang menyerah, kini, bidan Eros telah diakui sebagai tenaga kesehatan warga Baduy.
4) Perawat Saiful Rumain, terlahir di pedalaman Seram bagian timur Maluku. Hal ini membuatnya memahami masyarakat yang sangat sulit mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini pula yang membuatnya memiliki tekad kuat untuk menjadi tenaga kesehatan dan terus mengabdikan diri di tanah kelahirannya di saat rekan sejawatnya tidak berminat ditempatkan di kampung halamannya yang terpencil.
“Sangat tidak mudah untuk bisa berhasil masuk ke dalam budaya mereka (suku Baduy). Saya mengharapkan ke depan, Ibu bidan selain berhasil menyelamatkan persalinan, namun juga mampu membawa perubahan agar masyarakat Baduy lebih berperilaku hidup sehat”, ucap Menkes.
5) Maria Magdalena Endang Sri Lestari dari Semarang berhasil mendirikan rumah singgah bagi anak-anak penyintas HIV/AIDS di kota Semarang, yang diberi nama Rumah Aira. Dengan kepedulian dan cinta kasihnya, wanita yang akrab disapa Mama Lena ini berhasil menyalakan harapan dan semangat anak-anak penyintas HIV/AIDS untuk senantiasa berusaha sehat dan bahagia.
“Saya berterima kasih kepada Ibu yang dengan telah tulusnya membantu anak-anak dengan HIV. Anak-anak yang tidak bersalah ini harus mengalami masalah yang panjang sepanjang hidupnya. Apalagi dengan stigma yang menyebut mereka ODHA, masih banyak keluarga yang tidak mau menerima mereka. Ini yang harus kita perjuangkan. Mereka tidak bersalah, mereka punya hak yang sama dengan yang lain. Mereka bisa kita selamatkan agar tidak jatuh menjadi AIDS dengan obat-obatan”, pungkas Menkes Nila.
Tentang Anugerah Menteri Kesehatan
Anugerah Menteri Kesehatan merupakan sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada sosok bagi individu dan instansi yang memiliki inovasi, konsistensi dan daya juang dalam pembangunan kesehatan.
Pencarian sosok inspiratif pada awalnya merujuk pada pemberitaan segmen sosok Harian Kompas, didukung berbagai informasi dan data dari berbagai sumber, serta diskusi dengan redaksi. Pada tahap awal seleksi, didapatkan sebanyak 36 nama sosok yang sepak terjangnya terbukti memberi kontribusi besar dalam pembangunan kesehatan.
Berdasarkan beberapa pertimbangan, terseleksi 10 sosok yang menjadi nominasi akhir yang berasal dari berbagai latar belakang profesi, seperti dosen, pengusaha agrobisnis, blogger, paramedis, komunitas penyintas Rubella, komunitas penyintas ODHA, pastor, hingga bintara pembina desa. Mereka juga berasal dari berbagai daerah dari Aceh hingga Papua Barat.
Tim lalu melakukan verifikasi lapangan untuk bertemu langsung dengan para nominator untuk melakukan klarifikasi data dan informasi. Tim juga melakukan wawancara dengan Dinas Kesehatan setempat, stakeholder dan masyarakat yang merasakan manfaat.
Hasil dari tinjauan lapangan tim verifikator dibahas dalam tahap penjurian dan penilaian oleh dewan juri, yakni: Agus Pambagio, selaku pengamat kebijakan publik; Maman Suherman, selaku praktisi media; Budi Suwarna dari Kompas; Riskiyana Sukandhi Putra selaku Direktur Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI; dan Murti Utami selaku Kepala Biro kepegawaian Kemenkes RI.
Dalam sambutannya, Menkes Nila Moeloek menyatakan bahwa seringkali kita memberikan sebuat pahlawan hanya kepada mereka yang berjuang dan telah tiada. Padahal sebenarnya banyak sekali pahlawan yang telah dan terus berjuang dalam kehidupan masyarakat.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM