Jakarta, 18 Agustus 2017
Dalam rangka mewujudkan Keluarga Indonesia Sehat, beberapa hasil capaian di lingkup program kesehatan masyarakat, dapat dilihat dari upaya pengendalaian penyakit TB paru, Pengendalian Malaria, Eliminasi Filariasis, dan beberapa terobosan.
“Ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat peningkatannya dari 79,72% (2015) menjadi 80,61% (2016) serta 34,74% (Semester I 2017),” kata Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan, Kemenkes RI Barlian, SH, M.Kes, pada Forum Merdeka Barat, Jumat (18/8) di Gedung Kemkominfo, Jakarta.
Upaya pengendalian penyakit Tubercullosis Paru ditandai antara lain melalui capaian indikator Angka keberhasilan TB (Success Rate/SR), dimana di Indonesia berhasil dipertahankan minimal 85% sejak tahun 1999. Data pada triwulan 1-2 2017, capaian SR sebesar 85%.
Salah satu upaya inovasi yang dilakukan adalah pengobatan TB sampai sembuh yang dilaksanakan dengan membuat slogan TOSS-TB, yakni Temukan Obati Sampai Sembuh-TB melalui penguatan kolaborasi layanan pemerintah dan swasta serta menerapkan PIS-PK di Puskesmas.
Pada upaya pengendalian Malaria di Indonesia Januari sampai dengan Juli 2017 ini, jumlah kabupaten/kota yang telah bebas dari penularan malaria adalah 251 kabupaten/kota.
Upaya Terobosan yang dilakukan Kemenkes adalah dengan pemberian kelambu di daerah endemis tinggi malaria, jumlah kelambu yang dibagikan tahun 2017 sebanyak 3,983,000 kelambu.
Kemudian pada capaian ELIMINASI FILARIASIS di Indonesia januari hingga Agustus 2017 ini, terdapat 23 Kabupaten/kota dari target 15 kab/kota yang dapat membebaskan 15.482.681 penduduk dari Kecacatan akibat Filariasis
Inovasi dan Terobosan yang dilakukan dengan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga), yakni bulan dimana setiap penduduk kabupaten/kota endemis kaki gajah secara serentak minum obat pencegahan. Belkaga dilaksanakan setiap Oktober sampai tahun 2019.
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis diintegrasikan dengan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Untuk perbaikan sanitasi lingkungan, desa yang telah melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) hingga triwulan II 2917 sebanyak 9.212 desa. Akses masyarakat pada sanitasi memiliki trend yang meningkat dari 56,08% (2015) menjadi 69,13% (Triwulan II Tahun 2017) serta akses pada sumber air bersih juga meningkat dari 70,97% (2015) naik ke 71,14% (2016).
Selain itu, terkait angka Balita stunting, WHO merekomendasikan harus di bawah 20%. Untuk itu, Kemenkes terus mendorong upaya pemenuhan gizi, salah satunya dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT bagi Ibu Hamil dan Balita).
Intervensi Kementerian Kesehatan dalam upaya perbaikan gizi dibagi menjadi intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Untuk intervensi gizi spesifik dilakukan melalui pemberian tablet tambah darah (TTD) dan promosi serta suplemen gizi makro dan mikro. Selain itu juga dilakukan penatalaksanaan gizi kurang/buruk, pemberian obat cacing dan zinc untuk manajemen diare. Intervensi ini disusun berdasarkan siklus hidup.
Untuk intervensi gizi sensitif dilakukan melalui pemantauan tumbuh kembang, penyediaan air bersih, pendidikan gizi, imunisasi, pengendalian penyait, penyediaan jaminan kesehatan, PISPK, NS serta akreditasi puskesmas dan rumah sakit.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013