Madinah, 18 Agustus 2017
Jemaah haji sakit, dari awal hingga sekarang hanya bisa tergolek di tempat tidur, tidak mampu melakukan apa apa, bahkan makanpun sulit menalan. Sementara ini yang bisa dilakukan hanya tindakan paliatif.
Pasien ini menderita kanker payudara stadium akhir yang harus dilakukan penyedotan cairan di paru untuk mengurangi sesak nafasnya, akibat penyebaran sel kanker di paru parunya.
Hal ini disampaikan Kasubsie KKHI Madinah, dr. Ika Nurfarida Sholeh, Sp.KJ, 18 Agustus 2017, di Madinah
Menurutnya, sejak awal datang di Tanah Suci langsung masuk Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, pasien kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
“Di RSAS pun pasien tidak dapat dilakukan tindakan apapun, kemudian di kembalikan lagi ke KKHI, sehingga kami hanya bisa bantu kurangi cairan di parunya setiap kali pasien sesak nafas”, jelas dr. Ika.
Menyikapi kondisi jemaah haji di atas, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Dr.dr. Eka Jusuf Singka, MSc, mengatakan seharusnya jemaah haji bisa legowo jika tidak memenuhi syarat istithaah bisa menunda keberangkatannya.
Lebih lanjut, Kapuskes haji juga berharap agar kebijakan kemenkes tentang istithaah kesehatan haji dapat di dukung oleh semua pihak. Karena kebijakan tersebut sesuai dengan Syariat Islam.
Menurutnya, masyarakat harusnya dibekali dalam manasik haji tentang syarat wajib haji. Jangan hanya rukun dan wajib haji saja. Syarat-syaratnya tidak dibekali. Sehingga terjadi fenomena seperti ini.
Jemaah bersemangat ke Tanah Suci, namun akhirnya tidak bisa melaksanakan rukun haji.
“Jemaah haji atau pasien dengan cancer stadiun 4 harusnya tidak istithaah dalam kesehatan”, jelas dr. Eka.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH