Merauke, 22 September
Kemenkes telah menempatkan 10 Tim Nusantara Sehat (NS) di Merauke, di mana lokus batch ke 2 akan dilanjutkan dengan batch ke 8. Dengan penempatan lanjutan ini diharapkan akses pelayanan kesehatan lebih meningkat lagi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI, dr. Siswanto, MHP, DTM, mengatakan Kementerian Kesehatan telah menetapkan tiga pilar pembangunan kesehatan, yakni paradigma sehat, peningkatan akses pelayanan kesehatan, dan peningkatan cakupan JKN.
“Dalam upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan, di antaranya adalah penempatan Tim Nusantara Sehat dan wajib kerja dokter spesialis. Dengan adanya NS diharapkan agar cakupan pelayanan di dalam dan di luar gedung dapat meningkat,” kata dr. Siswanto di Pendopo Kabupaten Merauke dalam rangka supervisi Tim Nusantara Sehat, Riset TB dan Riset Filariasis.
Banyak hal yang telah dilakukan tim NS selama hampir 2 tahun ini antara lain menolong persalinan hampir 100 orang, kegiatan posyandu tiap bulan di setiap kampung, sosialisasi akan perlunya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terutama soal penggunaan air bersih dan jamban.
Namun, pelaksanaan Plan of Action yang belum dapat dilaksanakan oleh tim NS yakni Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Hal tersebut dikarenakan kurangnya anggaran.
Kepala Dinas Kesehatan Merauke dr. Adolf J.Y. Bolang berterimakasih atas dilanjutkannya penempatan tim NS di sana.
“Kami sangat senang karena tim NS masih berlanjut di daerah Merauke. Penempatan tim NS masih sangat dibutuhkan di Kabupaten Merauke,” katanya.
Selain itu, Kepala Puskesmas Sota, Maria Serafina Gebze mengaku sangat terbantu dengan adanya tim NS karena tim tersebut telah mengisi kekosongan tenaga Puskesmas.
Malaria dan TBC Masih Tinggi
Bupati Merauke Frederikus Gebze, SE., M.Si., mengatakan salah satu penyakit yang tinggi di daerah Merauke adalah malaria dan TBC. Frederikus berharap endemi penyakit malaria dapat diatasi.
“Diharapkan agar ada penelitian yang komprehensif terkait TBC dan malaria,” ungkapnya.
Terkai riset TB, dari 80 kasus yang harus dikumpulkan sebagai sampel penelitian, sampai bulan September ini baru ada 45 kasus dari Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas. Namun masih ada waktu sampai bulan Desember untuk riset tersebut.
Selain itu, tambah Frederikus, obat di daerah Merauke cepat habis dikarenakan pemakaiannya tidak hanya untuk penduduk Merauke, namun untuk penduduk sekitar antara lain penduduk Papua Nugini. Bahkan, fasilitas kesehatan di Merauke juga dimanfaatkan oleh masyarakat negara tetangga.
Dalam kegiatan tersebut, dr. Siswanto beserta rombongan berkesempatan melihat penangkapan nyamuk dengan metode umpan manusia (human landing). Ia berterimakasih kepada warga masyarakat yang telah membantu mengumpulkan sampel nyamuk.
“Terima kasih kepada warga masyarakat karena hal tersebut penting untuk mendapatkan bukti terkait penularan penyakit filariasis melalui nyamuk,” kata dr. Siswanto.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email HYPERLINK “mailto:kontak@kemkes.go.id” kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013