Jakarta, 28 Februari 2018
Pemantauan berat badan pasien gizi buruk menjadi salah satu tugas pokok yang ditekankan kepada tim kesehatan Flying Health Care (FHC). Hal itu dilakukan untuk mengatasi masalah gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua.
Kegiatan itu dilakukan di pos perawatan gizi buruk baik yang di Puskesmas di 10 distrik maupun di RSUD Agats. Pemantauan penting dilakukan untuk memastikan semua anak setelah dirawat mendapatkan nutrisi yang cukup dan bertambah berat badan yang sesuai pada fase rehabilitasi.
Dalam tatalaksana gizi buruk memang perawatan mulai dari fase stabilisasi, transisi, rehabilitasi, dan fase tindak lanjut. Untuk melaksanakan semua fase itu memerlukan waktu 7 – 26 minggu. Namun demikian, pasien gizi buruk dapat dipulangkan bila dalam perawatan ada kenaikan berat badan (bb)>= 50 g/kg bb/minggu selama 2 minggu berturut-turut, selera makan baik, dan sudah berada pada kondisi gizi kurang.
Berdasarkan laporan ahli gizi dari Kementerian Kesehatan yang ditugaskan di Puskesmas Kamur, Distrik Pantai Kasuari, Nurbiah mengatakan bahwa 1 dari 10 anak pasca perawatan gizi kondisinya stabil. Sementara 9 anak lainnya mengalami penurunan berat badan dan perlu dirawat ulang untuk memastikan kecukupan nutrisinya. Di samping itu juga ditemukan beberapa anak ada yang disertai mual dan diare.
Salah satu hal mengejutkan yang ditemukan di Distrik Pantai Kasuari adalah minuman bernutrisi seperti susu yang dibekalkan untuk anak pasca rawat inap malah diminum oleh bapaknya. Hal itu yang menjadi salah satu penyebab dari kegagalan tata laksana gizi buruk.
Selain pemantauan, tim kesehatan pun melakukan edukasi kepada para orang tua terkait pentingnya perawatan di Puskesmas.
Selain itu, telah dilaporkan dari tim kesehatan di Distrik Suator bahwa mereka telah melakukan penelusuran ke Desa Bubis dan melakukan pengobatan umum, penimbangan balita, pemantauan pasien gizi buruk pasca perawatan, dan pemberian biskuit PMT
Dari hasil kegiatan tersebut, pada pelayanan pasien umum telah terlayani 23 pasien dan hasil pemantauan antropometri didapatkan satu kasus gizi buruk. Pasien pun diberikan susu formula khusus, PMT, dan vitamin oleh ahli gizi dari Kemenkes.
Dengan kegiatan penelusuran itu diharapkan cakupan layanan kesehatan semakin tinggi dan pemetaan permasalahan kesehatan semakin representatif di Kabupaten Asmat. Masih butuh waktu lebih lama untuk mengatasi gizi buruk ini, karena bukan hanya masalah kurang gizi tetapi berkaitan dengan perilaku dan budaya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (D2)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH
NIP 196605081992032003