Gorontalo, 16 Juli 2018
“Anemia No Tablet, Tambah Darah Yes.” Seruan tersebut dilakukan puluhan remaja putri SMK 1 Limboto, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Secara bersama-sama mereka minum tablet tambah darah (TTD).
TTD yang diberikan mengandung 200 mg zat besi dalam bentuk ferro sulfat/ferro fumarat atau ferro glukonat dan 0,25 mg asam folat.
“Anak-anak SMA harus mulai diajak mengerti, mengetahui cara minum obat dan makan sehat. Ketika menikah dan hamil, mereka, calon ibu harus disiapkan agar tidak stunting atau kerdil,” jelas Menteri Kesehatan Prof.dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K) di tengah Kunjungan Lapangan Tematik di SMK 1 Limboto, Senin (16/7/2018).
Menkes mencermati bahwa pemberian TTD sebagai sebuah upaya membangun SDM Indonesia dilakukan lewat pemenuhan gizi seimbang bagi remaja. Data Kemenkes menyebutkan hingga penghujung 2016, angka pemberian tablet telah mendekati target, yakni 83,2 persen dari total target 85 persen.
Upaya tersebut juga diyakini menghindari berbagai masalah akibat kurang gizi, seperti stunting atau penyakit tidak menular yang diderita ketika dewasa. Pendekatan tersebut terkait upaya perbaikan gizi melalui continuum of care dengan fokus yang diutamakan adalah 1.000 hari pertama kehidupan.
Pencukupan gizi pada calon ibu, imbuh Menkes, akan memengaruhi kualitas gizi dari anak yang dikandungnya. Maka, Menkes berharap, jumlah ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilan dapat mencapai 85 persen.
Intervensi Kemenkes dalam upaya perbaikan gizi dibagi menjadi intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Untuk intervensi gizi spesifik dilakukan melalui pemberian TTD dan promosi serta suplemen gizi makro dan mikro.
Para remaja putri rutin minum satu TTD tersebut setiap seminggu sekali. Kegiatan ini merupakan implementasi dari peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil serta surat edaran Dirjen Kesehatan masyarakat Kemenkes RI Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian TTD.
“Memang masalah kesehatan tidak begitu saja diaelesaikan karena keterbatasan pengetahuan dan bersifat dinamis sekali. Asal ada kemauan pemerintah kota provinsi dan masyarakat untuk berubah,” ujar Menkes optimistis.
Wakil Gubernur Gorontalo Dr. Idris Rahim, MM mengakui bahwa intervensi dari Menkes sejak setahun lalu membuat sebuah perubahan signifikan.
“Kami apresiasi siswa sekolah yang telah melakukannya kontinyu dan akan ditularkan hingga ke masyarakat. Berkat Bu Menkes, masalah kesehatan di Gorontalo sudah 80 persen terselesaikan,” imbuh Wagub.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].(wul)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM