Jakarta, 31 Juli 2018
Masing-masing orang tua memiliki cara tersendiri untuk membesarkan anaknya, termasuk cara pola asuh. Namun, terkadang ada orang tua yang tidak menyadari pola asuh seperti apa yang sebenarnya diterapkan, padahal pola asuh adalah bagian terpenting dalam pembentukan tingkah laku dan kecerdasan anak.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor nature dan nurture. Psikolog Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi menjelaskan, faktor nature merupakan pemberian Tuhan dan sulit untuk diubah, sementara faktor nurture merupakan faktor pengasuhan seperti nutrisi, stimulasi, pola asuh, dan lainnya.
Kedua faktor inilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku cerdas pada anak.
“Perlakuan orang tua terhadap anak memberikan kontribusi yang besar sekali terhadap kompetensi sosial, emosi, dan kemampuan kecerdasan atau intelektual anak,” jelas Rose dalam acara puncak peringatan Hari Anak Nasional yang digelar di Gedung Siwabessy Kemenkes, Selasa (31/7).
Menurutnya, terdapat empat macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, antara lain uninvolved atau kurang terlibat, indulgent atau permisif, authoritative atau demokratis, dan authoritarian atau otoriter. Pada pola asuh uninvolved, Romi menjelaskan, hubungan antara orang tua dan anak kurang hangat, orang tua tidak banyak terlibat atau cenderung pasif terhadap kehidupan anak, dan orang tua cenderung menjaga jarak.
Namun, orang tua tetap memperhatikan dan menyediakan kebutuhan dasar anak seperti makanan, pendidikan, rumah, dan lain-lain. Pola asuh kedua, indulgent, yaitu pola asuh di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun cenderung tidak mengarahkan yang jelas.
Selanjutnya authorative, yaitu pola asuh dengan membuat aturan, bersikap tegas, namun tetap fleksibel dan memberikan dukungan, serta melatih anak untuk mengatur dirinya sendiri. Terakhir, pola asuh authoritarian, orangtua sangat mengontrol perilaku anak, namun tak menjaga kehangatan hubungan dengan anak.
Romi menambahkan, keempat pola asuh ini sebenarnya dapat diterapkan secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Orang tua harus mampu mengenali situasi yang tepat untuk menerapkan pola asuh.
“Keempat pola asuh semuanya dibutuhkan, jangan dibuang salah satu. Disesuaikan saja dengan kebutuhan dan lingkungan,” papar Romi.
Selain dengan pola asuh, untuk membentuk anak cerdas juga perlu didukung dengan gizi seimbang. Damayanti Rusli Sjarif, Divisi Nutrisis Pediatrik dan Penyakit Metabolik RSCM, dalam kesempatan yang sama menyampaikan untuk mempersiapkan anak-anak agar menjadi cerdas, tinggi, dan sehat sampai tua diawali dengan mencegah malnutrisi di 1000 hari pertama kehidupan.
“Penambahan berat dan tinggi badan dimulai sejak dua tahun pertama atau 1000 hari pertama kehidupan, dan hal tersebut sangat berpengaruh untuk pertumbuhan selanjutnya,” jelas Damayanti.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (Tasha)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM