Makkah, 18 Agustus 2018
Fase Mina menjadi puncak haji bagi seluruh jamaah haji. Begitu pula halnya dengan kesehatan. Ini menjadi momen paling penting yang perlu disiapkan.
Tim kesehatan telah menyusun strategi khusus untuk kesehatan jemaah dalam fase Arafah Muzdalifah dan Mina ini sejak jauh hari sebelumnya.
Koordinator Tim Gerak Gepat dr. Jerry N. Pattimura, Sp.PD menyebutkan sejumlah pos kesehatan di masing-masing tempat.
“Kami menyiapkan 1 pos kesehatan besar di Arafah dan 6 pos kesehatan satelit yang tersebar di beberapa maktab yang ada di Arafah,” kata Jerry.
Pos kesehatan satelit ini berfungsi agar jamaah dapat lebih dekat untuk meminta bantuan kesehatan terutama apabila ada kondisi kegawatdaruratan atau membutuhkan reaksi yang lebih cepat.
“Di sepanjang jalur Muzdalifah disiapkan 11 pos kesehatan. Sementara di Mina sudah disiapkan 2 pos kesehatan besar di depan pintu terowongan Mina (terowongan Muaisim) dan di Mina Jadid,” jelas Jerry.
Di pos kesehatan besar ini dapat dilakukan rawat observasi. Kemenkes RI telah menyiapkan alat kesehatan yang cukup lengkap. Namun Apabila ada suatu penyakit yang tidak bisa ditanggulangi maka jemaah yang sakit akan segera dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi terdekat.
Sementara di sepanjang jalur Jamarat juga disiapkan 10 pos mobile, tambah Jerry.
Jerry menegaskan pengendalian kesehatan di Armina ini sudah disiapkan jauh-jauh hari. Tim Gerak Cepat dibantu Tim Promotif Preventif telah melakukan edukasi kepada jamaah, karena biar bagaimanapun pencegahan lebih penting dibanding mengobati.
“TPP telah memberikan alat pelindung diri (APD) yang akan mencegah banyak sekali masalah-masalah kesehatan. Karena masalah kesehatan yang timbul sebenarnya dari faktor risiko yang ada seperti kelelahan ataupun cuaca. Ini bisa kita minimalkan bila jemaah patuh menggunakan APD dan mengikuti saran TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia) nya,” jelas Jerry.
Di Arab Saudi cuacanya sangat panas. Dengan penggunaan alat pelindung diri maka akan mencegah kekambuhan penyakit yang sudah diderita.
Menurut Jerry, angka jemaah haji yang memiliki risiko tinggi kesehatan (Risti) di atas 60%. Jemaah haji Indonesia yang Risti ini sudah mempunyai penyakit yang dibawa dari Indonesia.
“Kondisi fisik dan lingkungan di sini akan memicu kekambuhan penyakit. Oleh karena itu penggunaan APD dan perilaku hidup sehat akan mencegah terjadinya kekambuhan,” tambahnya.
Banyaknya jemaah Risti ini menjadi tantangan bagi tim kesehatan. “Ini artinya potensi besar untuk terjadinya kekambuhan penyakit,” terang Jerry.
Tantangan lainnya adalah jarak yang cukup jauh terutama di area Mina Jadid sampai ke Jamarat yang harus ditempuh jalan kaki oleh jemaah. “Hal ini juga merupakan tantangan tersendiri bagi tim kesehatan terhadap masalah kesehatan akibat kelelahan atau faktor cuaca seperti heatstroke,” tambahnya.
Di Armina telah siap 12 dokter spesialis, dokter- dokter umum yang berpengalaman, perawat serta tenaga farmasi dan gizi.
“Semoga jemaah haji kita dapat terjaga kesehatannya selama Armina ini,” tegas Jerry.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM