Jenewa, 22 Mei 2019
Menkes Nila bertemu dengan Direktur Eksekutif EAT Foundation dan duta besar Swedia pada siding WHA ke 72 di Jenewa. Pada pertemuan tersebut dibahas beberapa hal sesuai concern EAT. EAT Foundation adalah yayasan yang mendorong agar terjadi keseimbangan antara food system dari produksi, distribusi, kemudian menjadi healthy diet, menjadi makanan sehat yang dikonsumsi sekaligus mendorong terjadinya lingkungan yang terjaga
Hal yang dibahas bersama Menkes RI adalah bagaimana memperbaiki gizi masyarakat semua pihak harus terlibat karena selain masalah gizi buruk juga gizi lebih atau obesitas yang semuanya terkait dengan pola makan kita. Terkait dengan obesitas secara global dihadapi oleh semua negara.
Indonesia juga menghadapi masalah itu terkait dengan penyakit tidak menular (PTM), maka pesan-pesan terhadap healthy diet sangat penting untuk mendorong masyarakat mengkonsumsi makanan sehat maka perlu kesediaan pangan yang mendukung perilaku itu, tidak hanya komoditas pertanian dan peternakan tetapi juga makanan yang diprotes oleh industry.
“Nah ini bagaimana melibatkan industri untuk mendukung healthy food perlu dilibatkan dan memahami karena ini akan terkait dengan health ekonomi,” kata Dirjen Kesehatan Masyarakat Kirana Pritasari yang mendampingi Menkes pada pertemuan dengan AET.
Menkes RI mendorong untuk melakukan kajian terhadap ekonomi kesehatan. Bila kita tidak bisa membuat kalkulasi maka kita tidak bisa memperlihatkan kepada semua pihak bahwa sangat penting pola makan yang sehat. Komoditas pangan yang juga sehat akan mendukung ekonomi. Karena kalau kita terlalu banyak mengonsumsi gula, garam dan lemak maka penyakit yang diderita nantinya akan menghabiskan pembiayaan kesehatan yang jauh lebih besar. Hal penting adalah bagaimana mendorong industri untuk bertanggung jawab memproduksi makanan yang sehat
Indonesia merupakan salah satu anggota Executive Board di WHO. EAT Foundation mendorong dan mengajak Indonesia untuk terlibat agar isu pembahasan mengenai healthy food dan food system untuk dibahas di forum WHO karena tahun ini WHO lebih banyak membahas mengenai hal-hal yang bersifat teknis, jarang membahas yang terlibat dengan industry.
Kebijakan healthy food harus melibatkan pemerintah pusat dan daerah. Rencananya akan ada forum healthy cities yang akan mengadakan pertemuan pada bulan Juli di Jakarta. Dari pertemuan ini diharapkan bisa mengeluarkan rekomendasi dan mengajak kota-kota lain di Indonesia untuk sejalan dengan healthy food.
Kadinkes Provinsi NTB yang ikut mendampingi Menkes menyampaikan pentingnya memberi perhatian kepada food safety dan healthy food pada anak sekolah. Jajan di kantin sekolah perlu menjadi perhatian karena hal ini bisa menjadi perilaku mereka ke depan. Mereka yang sadar sejak awal akan menjadi perilaku yang baik.
Dirjen farmalkes juga mengingatkan untuk makanan yang diproses maka kebijakan untuk memberikan label di bungkus makanan menjadi hal yang sangat penting. Sudah ada peraturan Menteri Kesehatan tentang pembatasan gula, garam, lemak tetapi hal ini masih banyak ditentang oleh industry. Ini yang perlu dilakukan pendekatan agar dunia industri memahami permasalahan kesehatan yang dihadapi bila tidak dapat dikendalikan.
Pembahasan EAT system sejak dari produksi hingga konsumsi memang melibatkan banyak Kementerian. Mulai dari Kementerian Pertanian yang memproduksi sampai Kementerian Perdagangan yang menjual. Ini tidak hanya Kementerian Kesehatan saja yang bertanggung jawab terkait masalah gizi yang dihadapi.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM