Makkah, 8 Agustus 2019.
Persiapan terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelang fase Arafah Muzdalifah Mina (Armuzna). Selain mempersiapkan fasilitas kesehatan dan sarana prasarana pendukung lainnya, Kemenkes juga mempersiapkan kapasitas seluruh petugas kesehatan yang akan terlibat.
Sebanyak 529 orang Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang mewakili tenaga kesehatan di tiap kloter, hari Rabu (7/8) sore waktu setempat dikumpulkan di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, di kawasan Aziziyah Janubiyah Kota Makkah. Mereka mendapatkan pengarahan dari Kepala Pusat Kesehatan Haji (Kapuskeshaji) Kemenkes dan pendalaman materi dari Kepala Seksi Kesehatan dari tiga daerah kerja, Koordinator TGC dan Koordinator TPP.
Pada kesempatan tersebut, Kapuskeshaji, Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc,mengingatkan kembali perihal lima faktor risiko yang dapat mempengaruhi status kesehatan para jemaah haji Indonesia. Ini juga berlaku pada masa Armuzna dan harus menjadi perhatian bersama.
Pertama kecukupan cairan dalam tubuh. Untuk itu, TKHI diminta agar mengajak jemaahnya untuk sering minum air. Eka mengingatkan TKHI untuk menginisiasi gerakan minum air bersama setiap dua jam sekali pada pukul 10.00-16.00 WAS.
Kedua, cuaca yang panas. Selama di Arafah dan Mina, jemaah haji akan berada di padang pasir yang luas dan tandus. Jika harus beraktivitas keluar tenda, gunakan selalu alat pelindung diri.
“Jemaah harus pake APD, terutama payung dan semprotan,” kata Eka.
Selanjutnya kelelahan. Di Mina, jemaah akan berjalan kaki sekitar 6-14 kilometer, mulai dari tenda ke jamarat dan kembali lagi ke tendanya. Bagi jemaah lansia sebaiknya tidak memaksakan diri untuk melontar. Aktivitas melontar jumroh bisa diwakilkan oleh teman, keluarga atau petugas kloternya, karena itu bukan rukun haji. Yang berikutnya adalah kemampuan beradaptasi dengan linkungannya. Bagi yang tidak mampu cepat beradaptasi akan mengalami stres. Terakhir ialah perilaku jemaah yang tidak sehat, seperti contohnya merokok.
Menyikapi itu semua, TKHI diminta untuk sering memberikan edukasi kepada jemaahnya. Sambil menjaga sikap untuk tetap bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.
“Kalian harus tetap tawadhu, banyak berdzikir dan istighfar,” ujar Eka.
Terkait ibadah tarwiyah yang akan dilakukan oleh sebagian jemaah haji Indonesia, Kapuskeshaji dengan tegas meminta TKHI agar tidak ikut serta mendampingi perjalanan mereka. Tarwiyah sudah jelas bukan kebijakan pemerintah. Konsekuensinya, jemaah haji tidak akan mendapatkan konsumsi, sarana transportasi dan akomodasi. Sehingga dapat menjadi kondisi yang menyulitkan bagi jemaah dan petugas.
Kapuskeshaji optimistis dengan kemampuan yang dimiliki TKHI untuk melayani jemaahnya selama masa Armuzna. Ia berharap seluruh petugas kesehatan haji diberikan kekuatan dan kesehatan sehingga bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
Sebelum mendapatkan pengarahan dari Kapuskeshaji, seluruh TKHI menerima materi beragam tentang pengelolaan pelayanan kesehatan di Armuzna. Pos Kesehatan Arafah menjadi tanggung jawab Tim Mobile Bandara. Sementara pelayanan kesehatan di area Muzdalifah berada di bawah kendali seksi kesehatan Daker Makkah. Sedangkan Pos Kesehatan Mina di bawah tanggung jawab seksi kesehatan Daker Madinah.
TKHI diminta agar memahami benar jalur rujukan sesuai triasenya. Jika kondisi pasien pada triase kuning maka dapat dirujuk ke Pos Kesehatan Arafah atau Mina. Sedangkan jika statusnya triase merah, langsung dirujuk ke klinik kesehatan milik Arab Saudi.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (AM).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.