Makkah, 31 Agustus 2019.
Perilaku menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan kesehatan yang dialami jemaah haji Indonesia, selain faktor kekurangan cairan, kelelahan, lingkungan dan kemampuan beradaptasi. Kurangnya kesadaran jemaah untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh menjadi pemicu tingginya angka kesakitan dan kematian jemaah haji Indonesia.
Bukan perkara mudah untuk mengubah perilaku jemaah. Hal ini terlihat nyata di lapangan. Sejumlah jemaah haji masih mengabaikan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) saat beraktivitas di luar hotel. Padahal dampaknya bisa buruk bagi kondisi kesehatan jemaah itu sendiri.
Saat turun langsung ke beberapa lokasi di Makkah dan Madinah, Tim Promotif Preventif (TPP) menemukan beberapa jemaah haji yang tidak mengenakan masker saat akan berangkat ke Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi. Tampak juga jemaah lainnya yang tidak menggunakan penutup kepala atau payung ketika berpanasan di terminal. TPP juga menjumpai jemaah yang tidak membawa botol semprotan air.
“Hari ini TPP turun langsung ke beberapa tempat untuk membagikan APD [masker dan sendal] karena melihat jemaah masih ada yang lupa atau malas memakai APD,” jelas dr. Linda Sunarsih, Koordinator TPP, ketika ditemui di Terminal Syib Amir Makkah, pada Sabtu (31/8).
Situasi serupa juga terjadi di Madinah. Menurut pengakuan Dhiya Ulhaq, anggota TPP yang sedang bertugas di Madinah, ia masih menjumpai jemaah haji yang akan beribadah ke Masjid Nabawi tidak memakai APD dengan lengkap. Oleh sebab itu, ia dan beberapa anggota TPP lainnya setiap hari secara bergantian berkeliling masjid untuk membagikan APD kepada jemaah haji, sambil mengingatkan akan manfaat penggunaan APD selama berhaji.
Kepada jemaah haji yang masih menunggu waktu kepulangannya diimbau untuk tidak lagi lupa memakai APD dengan lengkap, demi kesehatan dan kenyamanannya dalam beribadah. Gunakan payung atau penutup kepala agar terhindar dari panasnya sengatan matahari yang dapat mengakibatkan heat stroke. Kacamata hitam berguna untuk mengurangi silau dan iritasi mata karena pancaran sinar matahari dan debu. Masker bermanfaat untuk meminimalisir masuknya debu, bakteri atau virus ke dalam tubuh.
Selanjutnya, botol semprotan air. Botol ini fungsinya dua. Untuk memenuhi kebutuhan air minum dan untuk menyegarkan wajah dan bagian tubuh kita yang terbuka (leher, tengkuk) setelah sekian lama terpapar suhu panas. Terakhir ialah alas kaki. Pakai selalu sandal atau sepatu saat keluar hotel/pondokan agar kaki tidak luka atau melepuh. Simpan alas kaki dalam kantong atau tas gendong supaya tidak terlupa atau hilang. “Kemenkes tidak henti-hentinya meminta jemaah haji menggunakan payung, masker dan sering minum,” terang Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.
Sampai dengan masa sebelum puncak haji di Armuzna, seluruh kloter sudah mendapatkan minimal satu kali penyuluhan kesehatan. Pasca Armuzna penyampaian edukasi kesehatan tetap dilakukan ke beberapa kloter yang belum kembali ke tanah air atau akan pindah ke Madinah. Sehingga hampir seluruh kloter, sampai dengan akhir Agustus 2019, telah menerima materi informasi kesehatan dari TPP sebanyak dua kali.
Selain melakukan promosi kesehatan dengan penyuluhan ke kloter, penemuan kasus dan pembagian APD merupakan bagian dari tugas fungsinya untuk pencegahan permasalahan kesehatan. Upaya promotif dan preventif kesehatan akan terus dilaksanakan, baik oleh TPP maupun Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), terutama di kota Madinah Almunawarah.
Saat ini lebih dari separuh jemaah haji Indonesia masih berada di Arab Saudi. Konsentrasi peribadatan sudah banyak beralih ke Madinah, meski sebagian kecil jemaah haji masih ada yang tinggal di Makkah menunggu waktu kepulangan melalui Jeddah atau menanti giliran pergerakan ke Madinah. Begitu pula jemaah haji dari negara-negara lain. Dengan demikian, faktor lingkungan di Arab Saudi dan konsentrasi massa yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan harus diantisipasi dengan APD.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (AM).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.