Makkah, 1 September 2019
Jemaah haji Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan Arab Saudi melalui Jeddah dan Madinah. Dari data Siskohat per hari Minggu (1/9) pagi waktu Arab Saudi, dari 529 kelompok terbang, tercatat 259 kloter sudah tiba di tanah air, sementara 270 kloter lainnya menunggu giliran waktu kepulangan.
Dari sekira 105 ribu ribu jemaah haji yang telah pulang ke Indonesia, terdapat beberapa jemaah yang tidak dalam kondisi sehat. Kendati begitu, sebanyak 110 jemaah haji sakit berhasil dipulangkan. Angka ini adalah angka kumulatif selama 14 hari proses kepulangan jemaah haji gelombang pertama dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah, sejak pemulangan kloter I pada 17 Agustus 2019 lalu sampai Sabtu (31/8).
Meskipun sakit, mereka yang mengikuti proses tanazul ini telah dinyatakan laik terbang oleh petugas kesehatan dan otoritas bandara setempat.
“Ratusan jemaah haji sakit setiap tahunnya selalu kita upayakan kembali ke tanah air,” kata Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.
“Ini merupakan upaya kerja sama Kemenkes dengan Kemenag. Saya berterima kasih atas kerja sama yang baik ini,” imbuhnya.
Jemaah haji yang sakit, dalam kondisi stabil dan sebagian besar dalam posisi duduk. Hanya tiga orang saja yang posisinya harus berbaring. Selama perjalanan, mereka disertai dengan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan. Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menyertai kloter juga selalu mengawasi lebih ketat ketimbang kepada jemaah lainnya.
Mayoritas dari mereka yang ditanazulkan termasuk ke dalam golongan lanjut usia. Sejumlah 52 orang (47,3%) diantaranya berusia di atas 70 tahun. Yang berusia antara 60-70 tahun sebanyak 29 orang (26,3%), sisanya yang berumur di bawah 60 tahun, 29 orang (26,3%). Kebanyakan dari mereka berasal dari embarkasi Surabaya (SUB) sejumlah 30 orang, diikuti SOC (25 orang) dan JKS (13 orang).
Pada fase pasca Armuzna, kondisi kesehatan jemaah haji sangat beragam dan jumlah yang sakit meningkat tajam. Mulai dari yang sakit ringan, sedang, berat bahkan hingga yang jatuh ke tingkat kritis dan kematian. Hal tersebut akibat dari kelelahan fisik yang dialami jemaah haji. Di sinilah tim kesehatan memainkan perannya dalam mempersiapkan kesehatan jemaah untuk bisa dalam kondisi ‘fit to fly’.
Menurut Direktur KKHI Makkah, dr. Ali Setiawan, Sp.B, kepulangan ke tanah air bagi jemaah dengan kondisi sakit berat dan kritis dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu tanazul awal dan tanazul akhir. Dengan mekanisme pemulangan ini berarti jemaah tersebut akan pulang terpisah dari kloternya semula.
“Bagi jemaah sakit yang sudah berhasil distabilkan pada kondisi fit to fly akan dipulangkan melalui tanazul awal. Sedangkan yang belum stabil akan dipulangkan melalui mekanisme tanazul akhir,” ujar dr. Ali.
Mengingat proses tanazul awal melalui Bandara Jeddah berakhir pada 31 Agustus, dan operasional KKHI Makkah berakhir tanggal 6 September 2019, maka kata Ali, jemaah haji yang masuk kategori tanazul dan kondisi belum cukup stabil akan dilakukan evakuasi ke Madinah untuk menjalani perawatan selanjutnya. Dengan demikian jemaah yang bersangkutan dapat fit mengikuti proses tanazul akhir melalui Madinah.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (AM).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.