Jakarta, 15 Januari 2025
Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-3 untuk memperingati usianya yang ke-27. Acara dengan tema besar “Berpacu Membangun Kemandirian Industri Alat Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045” ini berlangsung di Birawa Ballroom, Hotel Bidakara, Jakarta, pada Rabu (15/1/2024).
Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk Menteri Kesehatan yang diwakili oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan, serta jajaran kementerian terkait.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya industri alat kesehatan (alkes) dalam mendukung ketahanan kesehatan nasional sekaligus menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi.
“Saya sangat senang mendengar ASPAKI semakin banyak memproduksi alat kesehatan buatan dalam negeri. Industri alkes ini tidak hanya menjadi tulang punggung ketahanan kesehatan nasional, tetapi juga memberikan kontribusi besar pada lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi,” ujar Luhut.
Luhut menjelaskan bahwa pemerintah baru telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam beberapa tahun mendatang. Target ini dianggap realistis berkat dukungan teknologi berbasis data yang akan segera diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Dengan sistem teknologi terintegrasi, semua data kependudukan, pajak, dan akuntansi akan terpusat. Efisiensi ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan penerimaan negara hingga Rp1.500 triliun per tahun,” tambahnya.
Luhut juga mengingatkan pentingnya pelajaran dari pandemi COVID-19, ketika Indonesia mengalami krisis ketersediaan alkes dan obat-obatan.
“Waktu itu, kita bahkan harus mengimpor Paracetamol dari India. Ketika India lockdown, kita betul-betul tertekan. Karena itu, kita harus mampu memproduksi minimal 60-70% kebutuhan alkes dari dalam negeri,” tegasnya.
Untuk mendukung kemandirian ini, pemerintah memastikan bahwa seluruh belanja pemerintah, termasuk pengadaan fasilitas kesehatan yang dibiayai BPJS Kesehatan, wajib menggunakan produk alkes lokal dengan standar internasional. Luhut juga menyoroti pentingnya investasi di sektor alkes untuk mendorong inovasi dan meningkatkan daya saing global. Produk alkes buatan Indonesia, seperti perangkat ultrasound dan mobile X-ray, kini mampu bersaing di pasar internasional, termasuk di Afrika.
“Pasar Afrika sangat potensial bagi produk kita. Teknologi Indonesia tidak terlalu tinggi, tetapi sangat cocok dengan kebutuhan mereka. Ini peluang besar untuk memperluas pasar ekspor,” ujarnya.
Luhut menutup sambutannya dengan memberikan apresiasi kepada ASPAKI atas kontribusinya dalam membangun kemandirian industri alkes nasional. Ia juga mengajak seluruh pihak untuk terus berkolaborasi demi mewujudkan Indonesia yang mandiri dan berdaya saing.
“Kita harus saling mendukung, bekerja holistik, dan berorientasi pada hasil terbaik untuk bangsa. Jika ada kendala, jangan ragu untuk menghubungi saya langsung. Bersama-sama, kita bisa mewujudkan visi Indonesia emas 2045,” tutupnya.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Lucia Rizka Andalusia menegaskan pentingnya kemandirian industri alkes sebagai bagian dari ketahanan kesehatan nasional. Ia menyampaikan bahwa industri alkes Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan jumlah industri alkes meningkat menjadi 819 unit pada 2024.
“Indonesia telah berhasil meningkatkan nilai investasi sektor alkes menjadi Rp1,25 triliun pada tahun 2024, dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 377% dalam tiga tahun terakhir. Ini pencapaian luar biasa yang menunjukkan komitmen kita terhadap penggunaan produk dalam negeri,” ujar Riska dalam sambutannya.
Sebanyak 17 dari 19 alkes prioritas nasional kini mampu diproduksi di dalam negeri, termasuk perangkat ultrasound dan mobile X-ray yang telah digunakan dalam program skrining kesehatan gratis serta pemberantasan tuberkulosis.
Produk alkes dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 50% telah meningkat tiga kali lipat sejak 2021. Selain itu, produk alkes Indonesia kini mampu menembus pasar internasional, dengan Afrika sebagai salah satu tujuan ekspor yang potensial.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah menerima tiga amanah dalam program Quick Win Presiden 2025-2029, yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan gratis, menurunkan insidensi penyakit sebesar 50% dalam lima tahun, dan membangun rumah sakit lengkap berkualitas di seluruh kabupaten/kota.
“Program ini menjadi peluang besar bagi industri alkes dan farmasi dalam negeri untuk berkontribusi aktif. Pemerintah memastikan seluruh pengadaan alkes untuk program ini memprioritaskan produk dalam negeri,” tambah Dr. Rizka.
Dr. Rizka menjelaskan, produk-produk alkes Indonesia terus diarahkan untuk memenuhi standar internasional. Saat ini, beberapa alkes dengan teknologi menengah hingga tinggi, seperti MRI dan alat diagnostik penyakit menular, sedang dalam tahap produksi lokal.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, sebagaimana disampaikan oleh Dr. Rizka, juga menyampaikan apresiasi kepada ASPAKI atas upaya mereka dalam mendorong kemandirian industri alkes. Pemerintah siap mendukung setiap langkah strategis untuk memastikan industri alkes lokal terus berkembang dan berdaya saing.
ASPAKI, sebagai asosiasi yang menaungi produsen alat kesehatan di Indonesia, berkomitmen mendukung ketahanan kesehatan nasional serta meningkatkan daya saing produk alat kesehatan Indonesia di pasar internasional.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected]. (DJ)
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik
Aji Muhawarman, ST, MKM