Senin (8/9), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, didampingi Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, Prof. dr. Akmal Taher, SpU (K), mengunjungi tiga Rumah Sakit Khusus Vertikal Kemenkes RI yang terbesar di Indonesia dan ketiganya berlokasi di Ibukota, yaitu: 1) Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, yang telah mengembangkan berbagai layanan unggulan, termasuk Pusat Aorta dan Perifer, Pusat Aritmia, Pusat Congenital Heart Disease, Primary Per Cutaneous Intervention, dan Minimal Invasive Surgery; 2) Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSAB) Harapan Kita yang juga telah mengembangkan berbagai layanan unggulan, termasuk NICU dan Klinik Khusus Tumbuh Kembang, Klinik Infertilitas Bayi Tabung, dan Klinik Senyum Anak Sehat; serta 3) Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais yang telah mengembangkan layanan palliative care dan klinik/ruang rawat onkologi anak.
“Ketiga rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan nasional yang berfungsi sebagai pengampu rumah sakit lain di berbagai provinsi. Saya minta agar ketiga rumah sakit ini benar-benar mampu menjadi center of excellence di bidang unggulannya”, ujar Menkes.
Menkes mengharapkan agar RS Khusus Vertikal Kemenkes dapat memperbanyak pengembangan layanan unggulan, terutama di ketiga rumah sakit tersebut. Dengan demikian, di samping kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan medik spesialistik semakin terpenuhi, fungsi pendidikan dan penelitian semakin diperkuat, dan mutu pelayanan juga semakin meningkat.
Dalam era pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mengutamakan upaya kendali mutu dan kendali biaya, hendaknya rumah sakit khusus melakukan penguatan pelayanan dengan Pemberdayaan Komite Medik dalam penyusunan Panduan Praktek Klinik dan Clinical Pathway untuk setiap pelayanan yang diberikan. Selanjutnya, agar dilakukan pula upaya mendorong penerapannya oleh setiap klinisi dengan sungguh-sungguh. Upaya ini dapat memacu rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang bermutu dengan biaya yang terjangkau.
Menkes juga menegaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan JKN sangat ditentukan oleh komitmen seluruh sumber daya manusia baik tenaga kesehatan maupun non-kesehatan yang berada di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
“Utamakan patient safety dan berikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh lapisan masyarakat, Pelayanan terbaik hendaknya tidak hanya diberikan dalam aspek pelayanan medik dan keperawatan akan tetapi juga dalam aspek sikap dan perilaku, seperti: keramahan, perhatian, empati, kesediaan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya secara terbuka, jelas, dan komunikatif tentang masalah kesehatan yang dihadapi pasien”, kata Menkes.
Usai berdialog dengan para direksi dan keluarga besar dari ketiga rumah sakit, Menkes berkesempatan untuk mengunjungi Ruang Intesive Care Unit (ICU) dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSJPD Harapan Kita; 2) Klinik Khusus Tumbuh Kembang dan Ruang Perawatan Pasien JKN di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSAB) Harapan Kita; serta 3) Ruang Rawat Onkologi Anak dan Poli Paliatif Care Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais di Jakarta.
Prevalensi Kanker dan Penyakit Jantung Coroner serta Angka Kematian Ibu
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, artinya pada tahun 2013 terdapat sekitar 3 juta orang pasien kanker di seluruh Indonesia.
Sedangkan, prevalensi Hipertensi adalah 25,8% pada penduduk di atas usia 18 tahun pada tahun 2013 dan prevalensi penyakit jantung coroner adalah 1,5% dari penduduk di atas 15 tahun atau sekitar 2,6 juta penduduk di atas 15 tahun pada tahun 2013.
Biaya untuk penanganan kanker dan penyakit jantung di Indonesia juga sangat tinggi. Dalam pembiayaan Jamkesmas tahun 2012, pengobatan kanker menempati urutan ke-4 setelah hemodialisa, thalassemia, dan TBC, dengan total sebesar Rp. 144,7 miliar. Keadaan ini tentu menjadi beban ekonomi dan sosial masyarakat. Untuk menekan beban pelayanan kesehatan yang diakibatkannya, perlu upaya penguatan pelaksanaan upaya promotif-preventif, termasuk upaya deteksi dini penyakit tidak menular.
Di samping itu, salah satu tantangan besar lainnya yang harus kita sikapi dengan sungguh-sungguh adalah upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Mengutip hasi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup pada 2012. Sedangkan pada Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara itu, sasaran Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.kemkes.go.id dan email [email protected].