“Demam Berdarah Dengue (DBD) harus menjadi kepedulian semua orang, melalui kerjasama antara juru pemantau jentik (Jumantik) dan didukung oleh peran aktif masyarakat”, ujar dr. Rita Kusriastuti, M.Sc, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kementerian Kesehatan RI pada acara Kampanye “Ayo Stop DBD” pagi ini (15/06) di Silang Monas Timur Laut, Jakarta.
Hadir pula dalam kampanye tersebut, Deputi Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup mewakili Gubernur DKI Jakarta, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Asisten Pemerintahan, dan perwakilan WHO untuk Indonesia.
Kampanye “Ayo Stop DBD” yang merupakan rangkaian kegiatan official launching ASEAN Dengue Day yang pertama kali diadakan tanggal 15 Juni 2011. Tujuannya untuk lebih meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat DKI Jakarta, untuk mendukung secara aktif upaya pencegahan penyakit DBD.
Acara diawali dengan kegiatan senam pagi bersama. Jumlah peserta 1700 peserta, terdiri dari 1000 kader jumantik perwakilan dari 31.407 orang jumantik di seluruh wilayah DKI Jakarta dan 700 peserta lainnya terdir dari, Camat, Lurah, dan para tokoh masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, 6 orang perwakilan kader dari 5 wilayah DKI Jakarta dan 1 Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu membacakan pernyataan sikap kebulatan tekad dari para jumantik yang siap melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) setiap Jumat pukul 09.00 WIB di tempat dan lingkungan masing-masing dalam rangka pencegahan DBD.
Selain itu, diumumkan pemenang Lomba RW Bebas Jentik tingkat DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu. Keluar sebagai juara pertama adalah Kelurahan Tebet Timur, Jakarta selatan. Kelurahan Srengseng, Jakarta Barat sebagai runner-up,. Juara ketiga dan keempat berturut-turut diraih oleh Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara dan Kelurahan Hutan Panjang, Jakarta Pusat. Masing-masing mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 5 juta rupiah untuk juara pertama, 4 juta rupiah untuk juara kedua, 3 juta rupiah untuk juara ketiga, dan 2 juta rupiah untuk juara keempat.
Pada akhir acara, seluruh peserta diajak untuk datang ke Wahana Nyamuk dan melihat diorama tentang DBD yang menampilkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk, visualisasi siklus hidup nyamuk, dan tata cara penanggulangan DBD.
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap DBD, karena sampai dengan tahun 2010 sekitar 70% kabupaten/kota masih termasuk kategori endemis DBD.
Melalui kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta , dr. Hj. Dien Emawati memberikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh juru pemantau jentik di DKI Jakarta yang berperan besar dalam upaya pencegahan DBD.
Jumantik merupakan tenaga relawan yang dibentuk sejak 2005 dan telah menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan, terbukti dengan penurunan angka DBD secara signifikan.
Keberhasilan pemberantasan DBD di provinsi DKI Jakarta ditunjukkan dengan jumlah pasien DBD pada tahun 2010 sebanyak 19.000 yang mengalami penurunan sebanyak 60,5% dari total 31.000 pasien pada tahun 2007. Pada kuarter pertama tahun 2011, tercatat 2950 kasus DBD tanpa ada pasien meninggal.
Deputi Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup provinsi DKI Jakarta, dr.H. Ahmad Haryadi, M.Sc. dalam sambutannya menyatakan saat ini kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta diprioritaskan pada pencegahan dan partisipasi aktif masyarakat sebagai upaya yang paling tepat dalam pengendalian DBD. Salah satu wujud nyatanya adalah dengan himbauan untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) seminggu sekali, setiap hari Jumat selama 30 menit di setiap level tatanan.
“Setiap warga DKI adalah jumantik bagi diri sendiri, bagi keluarga dan lingkungannya”, ujar dr. Ahmad Haryadi.
Secara nasional, provinsi DKI Jakarta memiliki angka kejadian DBD tertinggi kedua setelah Bali, dengan kasus DBD yang ditemukan hampir di seluruh wilayah.