Menteri Kesehatan Prof. Nila F Moeloek mendukung rencana pembangunan Life Science Park oleh PT. Biofarma. Ia berharap fasilitas itu bisa berperan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. “Indonesia butuh lompatan-lompatan untuk bisa meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” kata Menkes saat menjadi pembicara pada acara Forum Riset Vaksin Nasional yang digagas PT Biofarma dalam rangka peringatan HUT ke 125, di Jakarta (26/8). Pada kesempatan itu Menteri Kesehatan meminta sinergi peneliti bidang kesehatan terutama dalam pengembangan vaksin lebih intensif sehingga menghasilkan produk life science yang dibutuhkan masyarakat.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat dan vaksin. Di samping itu Indonesia juga telah memiliki kapasitas dan kompetensi untuk dapat memproduksi obat dan vaksin, termasuk produk life science.
Saat ini Indonesia telah memiliki industri vaksin yaitu PT. Bio Farma (Persero) yang telah memenuhi persyaratan Pre Qualifikasi WHO. Vaksin PT. Bio Farma (Persero), bahkan telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu penghasil vaksin terbesar di dunia. Ini menunjukan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk melakukan pengembangan bidang obat dan vaksin dalam upaya menuju kemandirian. Sejak tahun 2014 PT. Bio Farma (Persero) mengembangkan sayap untuk mengembangkan produk bioteknologi termasuk produk life science. Hal ini membawa konsekuensi bagi perusahaan untuk mewujudkan tanggungjawab berupa kewajiban memenuhi produk kebutuhan masyarakat untuk produk life science.
”Perkembangan dunia kesehatan begitu cepat, dan saya sepakat dengan rencana pengembangan 200 tahun dari Biofarma. Diharapkan, upaya itu bisa menjawab permasalahan kesehatan yang dihadapi tak hanya di dalam negeri tapi di dunia,” papar Menkes.
Adalah merupakan tantangan para ahli (peneliti) di bidang kefarmasian, klinis dan ahli pengendalian penyakit untuk melakukan berbagai kegiatan penelitian life science. Pengembangan produk life science memang bukanlah hal yang mudah, oleh karenanya perlunya kerjasama dan koordinasi dengan berbagai stakeholder terkait baik itu akademisi, peneliti dan kalangan dunia usaha.
Melalui Forum Riset Vaksin Nasional 2015 dengan tema hilirisasi hasil riset nasional bidang life science untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, diharapkan dapat mendorong percepatan produksi dan komersialisasi produk life science. Menkes berharap sinergi yang lebih baik melalui penelitian yang terintegrasi dengan melibatkan akademisi, kementerian/lembaga pemerintah dan industri (Academic – Business – Government – ABG) Dimasa mendatang penggunaan produk life science untuk pengobatan akan terus meningkat.
“Saya mengimbau dan mengharap agar para ahli, peneliti dan industri terus melakukan usaha untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut menuju produksi yang mandiri”, kata Menkes.
FRVN terbentuk sejak tahun 2011 terdiri dari para periset dari universitas, pemerintah dan industri. Para periset vaksin dan life science berkumpul untuk melakukan pengembangan vaksin baru dalam negeri.
“Sinergi antar periset ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian dan akselerasi atau percepatan sehingga penemuan vaksin-vaksin baru yang membutuhkan waktu 15-20 tahun bisa lebih cepat diluncurkan ke masyarakat,” kata Dirut PT. Biofarma, Iskandar.
Menurut Iskandar, dengan pengembangan produk, memungkinkan PT. Biofarma berkontribusi pada produk life science dan pengobatan berbasis biologi. “Dalam pertemuan dengan WHO, kebutuhan dunia tak hanya vaksin juga produk biosimilar yakni produk biologi yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Dan secara teknologi kita mampu,” jelas Iskandar.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 1500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021)52921669, dan alamat emailkontak@kemkes.go.id.