Gorontalo, 17 Juli 2018
Kabupaten Gorontalo secara kreatif mengembangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sampai masyarakatnya mau berperilaku hidup sehat tanpa paksaan.
Menjadi kabupaten terbesar karena terdiri dari 5 kecamatan dengan jumlah penduduk 419 ribu atau 40 persen penduduk Provinsi Gorontalo.
Menkes mencermati data JKN 2015 sebanyak 80 persen sakit seharusnya sebaliknya.
“Berarti kita seperti bekerja di hilir ini yang harus diubah menjadi paradigma sehat melalui GERMAS,” tekan Nila.
Artinya perlu kerjasama lintas sektoral sebagai solusi. Menkes setuju bentuk pengembangan GERMAS seperti Syiar Masjid sebagai cara pengecekan kesehatan secara rutin.
“Sejak tahun 2014 hingga saat ini kami mempunyai dua misi dalam kesehatan dan menyejahterakan masyarakat yang diimplementasikan dalam inovasi-inovasi kesehatan yang terintegrasi,” jelas Bupati Gorontalo Prof. Dr. Nelson Pomalinggo, M.Pd, di Aula Rumah Dinas Bupati, Selasa (17/9).
Diawali dengan program Gugus Tugas (G-Gas) guna mendorong percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Kemudian, Program Pekan Sayang Ibu dan Anak (PSIA) rutin dilaksanakan pada minggu ketiga setiap bulan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara spesifik terhadap ibu dan anak. Agar anak Gorontalo gemar makan ikan, Fish to School pun diluncurkan. Tak lupa, Syiar GERMAS dan Saung GERMAS dikemas apik untuk menarik perhatian.
Kelompok ustaz dan takmir masjid pun dirangkul lewat Syiar GERMAS. Sehingga para tenaga kesehatan diizinkan membuka wadah pemeriksaan kesehatan rutin setiap hari Jumat. Sedangkan Saung GERMAS diformat sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat sekitar.
“Jadi program kesehatan terlaksana dengan tangan terbuka karena saling menguntungkan,” ungkap Nelson.
Nelson merinci, perilaku masyarakat memang harus diubah dengan memodifikasi bentuk program dari pusat agar lebih diterima. Fish to School, misalnya mengajak para ibu dan anak-anak mengenal serta mengolah ragam jenis ikan melalui ajakan masak bersama di sekolah.
“Fish to School untuk makan anak-anak sekolah serta memberikan kudapan dan cara mengolah untuk anak-anak. Mereka datang dengan para ibu disertai permainan berupa kuis,” ujar Ketua Tim Penggerak Kesehatan Keluarga Kabupaten Gorontalo Fory Naway menambahkan.
Khusus daerah transmigrasi yang kurang terjangkau, tim tersebut datang dengan motor coolbox untuk mengantarkan ikan kesana. “Programnya menyentuh gizi keluarga karena masih ada yang berprinsip serba instan di tengah kesibukan keluarga hingga menyebabkan kurang gizi,” jelas Fory lagi.
Demi memenuhi kebutuhan masyarakat milenial, tersedia aplikasi PAKDOK 1×24 jam untuk konsultasi kesehatan online. Hingga saat ini tercatat sekira 2.000 warga telah berkonsultasi.
Walhasil capaian pembangunan kesehatan Kabupaten Gorontalo meningkat signifikan. Angka kematian bayi yang semula rasionya 11 kematian menjadi 7,8 kematian bayi. Angka stunting yang semula mencapai 40,8% *menurun* menjadi 24,8%.
Penanganan gizi buruk dan stunting pun terdata rapi by name by adress untuk menilik penyebab awalnya. Nelson mengamini kelengkapan data diperlukan karena faktor penyebabnya tidak sama.
“Berkat penanganan terintegrasi kesehatan dengan lintas sektor, hampir 50 persen tercapai targetnya,” jelas Nelson bangga.
Menkes Prof. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K) mengapresiasi semangat dari Bupati Gorontalo. “Keberhasilan GERMAS terlihat tidak bisa dilakukan jika gerakannya hanya dari hilir saja. Maka, kontribusi lintas sektoral dan masyarakat perlu ikut aktif berpartisipasi,” cetusnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(wul)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM