Jakarta, 11 Oktober 2018
Intervensi gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) saat ini kegiatannya dimulai lebih awal yaitu dari bayi dan anak BADUTA (Bawah Dua Tahun), remaja puteri, WUS (Wanita Usia Subur) dan ibu hamil menjadi kegiatan Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017-2020. Upaya perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan telah menjadi prioritas dalam pembangunan nasional untuk penanggulangan stunting. Pada upaya perbaikan gizi, ikan merupakan salah satu sumber protein dan asam lemak esensial yang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan protein masih menghadapi kendala. Lebih dari 50% ibu hamil mengonsumsi protein di bawah rata-rata angka kecukupan gizi. Selain itu terdapat permasalahan dari sisi teknis termasuk susut hasil pasca panen pada produk perikanan yang masih tinggi, serta kendala distribusi, sosial, budaya dan ekonomi.
Berbagai kendala yang dihadapi telah dicarikan solusinya. Upaya pemenuhan gizi pada ibu hamil dan Balita dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat strategi yaitu diversifikasi pangan, fortifikasi, suplementasi dan pemberian pangan berbasis pangan lokal.
Pemenuhan gizi dari ikan bisa masuk ke dalam katagori ini, terutama katagori diversifikasi produk pangan dan pemberian pangan berbasis pangan lokal.
Berdasarkan temuan Dalberg tahun 2017, saat ini telah terjadi kehilangan ikan sebesar 75.000 – 125.000 per tahun karena rusak. Hal ini identik dengan kehilangan protein sebesar 16.500 – 27.500 ton per tahun, yang seharusnya dapat untuk memenuhi kebutuhan 2,7 – 4,4 juta anak. Bila dihitung dalam rupiah diperkirakan terjadi kehilangan Rp.1,9 – 3,2 triliun per tahun. Jika susut hasil ini bisa ditekan, maka ketersediaan, keterjangkauan dan keberlanjutan sumber protein bagi masyarakat akan lebih terjamin.
Memandang bahwa pemenuhan kebutuhan gizi dari ikan tersebut sangat strategis dan sesuai dengan target dan program gizi masyarakat, maka dibentuklah Forum Jejaring I-PLAN (Indonesia – Postharvest Loss Alliance for Nutrition) untuk mendukung peningkatan ketersediaan, aksesibilitas dan kesinambungan pangan bergizi utamanya dari ikan. Forum Jejaring ini telah dikukuhkan melalui Surat Keputusan Direktur Gizi Masyarakat, Ditjen Kesmas, Kemenkes nomor HK.01.07/I/3912/2018 pada tanggal tanggal 27 September 2018.
Sebelumnya, sedang dilakukan penguatan kerjasama antara dua kementerian yakni Kementerian Kesehatan RI (program GERMAS) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Program Gemarikan-FORIKAN) maupun sektor terkait dan pelaku bisnis utamanya pascapanen perikanan.
“Forum Jejaring I-PLAN sangat strategis untuk memperkuat integrasi dan sinergi program khususnya di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai instansi teknis yang sangat diperlukan perannya dalam penyediaan ikan yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan asupan protein dari sumber pangan yang sangat berlimpah dan ada di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini juga tentunya akan semakin memperkuat kerjasama Kemenkes – KKP untuk saling sinergis dalam kegiatan “GEMARIKAN UNTUK GERMAS HIDUP SEHAT” jelas Ir. Doddy Izwardy, MA Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI dalam Diskusi Publik Tantangan Inovasi Pascapanen untuk Penyediaan Ikan Berkualitas dan Bergizi Bagi Masyarakat di Jakarta (11/10).
Peluncuran Forum Jejaring I-PLAN (Indonesia – Postharvest Loss Alliance for Nutrition), Diskusi Publik “Tantangan Inovasi Pascapanen untuk Penyediaan Ikan Berkualitas dan Bergizi bagi Masyarakat” & Innovation Challenge bidang Pascapanen adalah rangkaian kegiatan I-PLAN adalah salah satu kegiatan tindak lanjut dari Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017-2020.
Bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan, adanya MSP antara GAIN dan Kemenkes serta peluncuran Forum Jejaring I-PLAN, sangat diharapkan dapat mendukung program KKP dalam perbaikan pascapanen ikan yang dijual di pasar lokal. Kegiatan Forum Jejaring ini dapat diintegrasikan dengan program dan target penurunan susut hasil pascapanen pada ikan segar yang saat ini sedang digalakkan oleh KKP, sehingga masyarakat dapat mengakses ikan sebagai bahan pangan lokal dengan lebih baik, berkualitas dan tidak kalah dengan negara maju.
“Dengan adanya Forum Jejaring, tentunya KKP menyambut gembira dan diharapkan ada perbaikan pascapanen terutama ikan segar yang lebih cepat, karena adanya upaya lintas sektor, tidak saja instansi pemerintah, tetapi juga pelaku bisnis, industri manufaktur, peneliti, perguruan tinggi dan yang lebih penting adanya peluang-peluang inovasi pascapanen dari program I-PLAN yang diharapkan sesuai, bisa diterapkan dan kemudian bisa diadopsi di tingkat nasional,” kata Machmud, Direktur Pemasaran, Ditjen PDSPKP, KKP.
Ditambahkannya bahwa visi Forum Jejaring I-PLAN sangat sejalan dengan program pemerintah terkait dengan ketersediaan, keterjangkauan dan keberlanjutan pasokan ikan dalam mewujudkan pemenuhan asupan protein hewani bersumber ikan untuk perbaikan gizi sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan penanggulangan permasalahan stunting.
Hal senada disampaikan oleh Ravi Menon, Country Director, GAIN Indonesia dimana PLAN adalah inisiasi program global dalam pemecahan permasalahan pascapanen yang sering terjadi di Bidang Pertanian termasuk Perikanan. Oleh karenanya sesuai dengan rencana, Innovation Challenges diharapkan dapat menemukan solusi dari rumitnya permasalahan pascapanen dalam menyediakan ikan segar yang berkualitas bergizi bagi masyarakat lokal.
Innovation Challenges akan dibuka sampai tanggal 16 November 2018 dan produk pemenang Innovation Challenge nantinya akan diujicobakan di kota Surabaya dan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
“Forum ini bersifat terbuka bagi siapa saja yang berminat turut serta dalam upaya menekan angka susut hasil pascapanen pada ikan. Selain Kemenkes dan KKP, sudah bergabung perwakilan dari Forikan, ARPI (Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia), AP5I (Asosiasi Pengusaha, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia), AP2HI (Asosiasi Perikanan Pole and Line dan Handline Indonesia), Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) di forum ini.
“Saya berharap masyarakat menyambut baik kolaborasi yang telah direncanakan oleh I-PLAN dan semoga akan lebih banyak institusi dan pelaku bisnis yang bergabung di jejaring ini,” kata Ketua forum jejaring I-PLAN Dr. Soen’an Hadi Poernomo.
Menutup sambutan dalam diskusi publik ini, Doddy Izwardy berharap Forum Jejaring Kerja I-PLAN dapat berpartisipasi aktif dalam memberikan sesuatu yang terbaik dalam pemenuhan gizi, utamanya dari ikan untuk perbaikan gizi kelompok rawan gizi di Indonesia. Dengan demikian, akan lahir generasi yang berkualitas di masa depan, serta terus mendukung program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang sehat dan aman khususnya dari ikan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM]