Jakarta, 26 Agustus 2019
Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Prof. Akmal Taher mengatakan akar bajakah sebagai obat kanker memiliki potensi yang bagus. Namun ia menyebut terlalu dini jika akar bajakah itu diklaim sebagai obat kanker.
“(Akar bajakah) berpotensi bagus, tapi untuk mengklaim sudah bisa menyembuhkan kanker, saya kira agak terlalu dini,’’ katanya pada konferensi pers terkait penemuan akar bajakah, di gedung Kemenkes, Jakarta, Senin (26/8).
Lebih jauh Prof. Akmal menjelaskan dalam menentukan suatu obat perlu dilihat dari dua sisi, yakni keamanan dan khasiat. Umumnya obat tradisional yang sudah dipakai puluhan tahun atau bahkan sampai ratusan tahun biasanya cukup aman. Kalau tidak aman, seperti punya efek samping, tentu tidak akan dipakai.
Terkait khasiat akar bajakah, Prof. Akmal menekankan harus dibuktikan berdasarkan metodologi penelitian yang benar.
“Tentang khasiat ini harus dibuktikan biasanya waktu kita mengklaim suatu obat bisa membunuh kanker atau menyembuhkan kanker itu memerlukan bukti. Nah bukti itu dari metodologi penelitian yang betul. Sekali lagi ada keamanan dan berkhasiat,” tambahnya.
Bajakah ini potensi sebagai obat kanker memang ada, apalagi sudah dibuktikan dengan penelitian terhadap mencit dan jelas mempunyai manfaat. “Tinggal sekarang bagaimana penelitian pada manusia, karena itu harus dibuktikan,” ucapnya.
“Nanti kita akan bicara dosis dan sebagainya dan jenis kanker apa yang bisa diberikan manfaat dari akar bajakah. Karena biasanya agak sulit membayangkan klaim ada 1 obat yang bisa untuk segala macam kanker,” jelasnya.
Terkait penelitian akar bajakan, Kepala Badan Penilitan dan Pengembangan Kesehatan dr. Siswanto menjelaskan penelitian terhadap suatu obat harus dilakukan uji preklinik 2 tahap, pertama uji sel lainnya, kalau terbukti baru uji pada mencit, baru dilanjutkan uji pada manusia.
Pada manusia ada uji fase1, fase 2, dan fase 3. Fase 1 untuk melihat toksisitasnya, keamanan, dan cara kerja. Fase 2 untuk melihat efektivitas dan efisiensinya dalam jumlah sampel terbatas. Kemudian fase 3 dalam jumlah banyak.
“Kalau terbukti barulah bisa diklaim bahwa memang ekstrak tadi (akar bajakah) mempunyai efek anti kanker melalui uji klinis. Satu lagi dengan isolasi bahan aktif, artinya dalam bajakah itu bahan aktifnya apa, jadi secara ilmiah diisolasi dulu,” kata dr. Siswanto.
Ia menyimpulkan bahwa tidak mudah menghasilkan produk yang benar-benar bisa diterima di dalam ilmu kedokteran.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].(D2)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM