Jakarta, 2 November 2020
Saat ini imunisasi merupakan upaya intervensi yang paling ditunggu-tunggu oleh dunia untuk menanggulangi pandemi COVID-19. Namun di tengah-tengah upaya tersebut muncul fenomena Antibody-Dependent Enhancement (Ade) pada kandidat vaksi COVID-19 namun sebenarnya baru ada pada dengue.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid mengatakan ADE merupakan reaksi yang memperkuat infeksi saat tubuh membentuk antibodi non-netralisasi baik akibat dari pemberian vaksin atau infeksi alami. Padahal sesungguhnya ADE baru terlihat pada infeksi dengue.
“Fenomena ADE sejauh ini terlihat pada infeksi dengue, ” tegas drg. Vensya.
Keberadaan fenomena ADE pada kasus MERS, SARS, Ebola, dan HIV hanya ditemukan in silico (simulasi komputer) dan in vitro (percobaan di cawan petri laboratorium) dan tidak menggambarkan fenomena pada manusia.
Sinovac pada publikasinya terkait vaksin SARS-CoV-2 menyebut uji preklinis tidak menemukan kejadian ADE pada hewan yang sudah divaksinasi.
“Bahkan hewan yang sudah divaksinasi ini mampu bertahan setelah dipaparkan dengan virus SARS-CoV-2,” tambah drg. Vensya.
Saat ini sudah lebih dari 140 calon vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan sebagian di antaranya sudah pada tahap uji klinis pada manusia, dan hingga saat ini belum ada laporan terjadinya ADE, namun kewaspadaan dan monitoring terhadap keamanan vaksin tetap harus dilakukan.
Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected] (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM