Kementerian Kesehatan memberikan kapsul vitamin A secara rutin kepada balita pada bulan Februari dan Agustus. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Pada tahun 1978, 1,33 persen bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia rentan terkena xeroftalmia (xerophthalmia), gangguan penglihatan yang menyebabkan kornea menjadi keruh yang bisa berujung pada kebutaan. Untuk mencegah kebutaan, maka Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan Helen Keller International memberikan vitamin A dosis tinggi kepada anak usia 12-59 bulan. Demikian sejarah dimulainya pemberian vitamin A di Indonesia sebagaimana dipaparkan dalam Buku Panduan Manajemen Terintegrasi Suplementasi Vitamin A yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2016.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr. Lovely Daisy, M. K. M., mengatakan, hingga saat ini program pemberian vitamin A oleh Kementerian Kesehatan terus dilakukan. Dalam setahun, vitamin A diberikan sebanyak dua kali, yakni di bulan Februari dan Agustus. Namun demikian, dosis yang diberikan berbeda antara bayi usia enam bulan dengan bayi usia 12 bulan ke atas.
“Untuk bayi usia 6 sampai 11 bulan itu dosisnya 100.000 unit internasional (IU) kapsul berwarna biru. Kemudian, untuk yang 12 sampai 59 bulan, kapsul yang warnanya merah dan dosisnya dua kali lipat,” ujar Daisy ketika ditemui Mediakom pada Kamis, 30 Januari 2024.
Menurut Daisy, pemberian vitamin A itu merupakan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyarankan agar pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan jaraknya antara 4 sampai 6 bulan. Di Indonesia rentang waktu yang dipilih adalah enam bulan, yakni pada Februari dan Agustus serta pemberiannya biasanya dilakukan di pos pelayanan terpadu (posyandu) atau pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
Berdasarkan data Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat Elektronik (e-PPGBM), pada 2022, cakupan pemberian vitamin A bagi bayi dan balita 6-59 bulan sebesar 90,80 persen atau sekitar 15.5440.040 bayi dan balita. Adapun pada 2023 cakupannya sebesar 92,07 persen atau 17.051.975 bayi dan balita.
Saat ini, kata Daisy, untuk kasus xeroftalmia di Indonesia sudah jarang ditemukan. Meskipun demikian, program pemberian vitamin A tetap dilakukan karena fungsi vitamin A bukan sekadar untuk kesehatan mata. “Vitamin A itu sebenarnya penting untuk daya tahan tubuh, di samping untuk mencegah kebutaan pada mata. Kalau kekurangan vitamin A, otomatis anak-anak ini akan mudah menjadi sakit. Jadi, itu alasan sebenarnya kenapa penting diberikan vitamin A,” ucapnya.
Spesialis nutrisi dan penyakit metabolik anak dari Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, dr. Novitria Dwinanda, Sp. A. (K.), mengatakan, fungsi vitamin A bukan hanya untuk kesehatan mata tapi lebih kepada pembentukan sel tubuh dan daya tahan tubuh. Ada dua jenis vitamin A, yakni retinoid dan karotenoid. Untuk kebutuhan tubuh, kata Novi, lebih diutamakan jenis retinoid karena merupakan bentuk aktif dari vitamin A.
Nova menambahkan, vitamin A jenis retinoid banyak terdapat pada air susu ibu (ASI) dan produk-produk hewani seperti daging sapi, telur, hati ayam atau daging sapi, dan lainnya. Adapun vitamin A jenis karotenoid banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang biasanya berwarna oranye.
“Vitamin A itu adalah mikronutrien. Kesannya kecil tapi berdampak banyak dalam memberikan daya tahan tubuh, menurunkan angka kesakitan, mencegah terjadinya diare berulang, batuk pilek berulang, karena salah satu gunanya untuk pembentukan sel imunitas,” tutur Nova kepada Mediakom pada Jumat, 26 Januari 2024.
Terkait manfaatnya untuk imunitas tubuh, vitamin A juga diberikan kepada ibu nifas pasca-persalinan. Daisy menyebut pemberian vitamin A kepada ibu nifas dilakukan dua kali. Pemberian pertama dalam kurun waktu 24 jam setelah melahirkan. Pemberian kedua dilakukan dua hari atau esok harinya setelah pemberian pertama. “Itu diberikan dalam bentuk kapsul vitamin A. Semua (modelnya) kapsul lunak. Jadi, yang membedakan warnanya. Ada yang merah dan biru. (Kapsul) digunting, kemudian diteteskan,” kata Daisy . “Vitamin A itu kan kayak minyak, bukan serbuk.”
Program pemberian vitamin A, kata Daisy, biasanya juga dibarengi dengan pemberian obat cacing, yang akan diberikan dalam selang waktu sekitar 15 menit. Namun, jika saat datang untuk mendapatkan vitamin A berbarengan dengan jadwal pemberian imunisasi polio, maka anak tidak akan diberikan obat cacing itu. Baru dua minggu setelahnya ia akan diberikan obat cacing karena pemberian obat cacing dan polio tidak boleh bersamaan.
Menurut Daisy, seluruh program pemerintah bertujuan untuk menjaga kesehatan anak-anak Indonesia agar dapat terhindar dari berbagai penyakit. “Rata-rata bayi mudah sakit. Apalagi kalau imunisasinya tidak lengkap. Jadi, berbagai macam cara diupayakan untuk mencegah anak dari penyakit dengan imunisasi dan pemberian vitamin A,” ucapnya.
Penulis: Redaksi Mediakom