Jakarta, 25 Agustus 2023
Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin menyebut pertemuan tingkat tinggi Menteri Kesehatan ASEAN yang digelar di Jakarta pada 24-25 Agustus di Jakarta menjadi momentum bagi Kawasan untuk merefleksikan tujuan pembentukan ASEAN yakni tentang memperjuangkan stabilitas regional dengan semangat solidaritas.
Seperti yang kita tahu, selama 3,5 tahun terakhir, pandemi COVID-19 telah menyebabkan ketidakstabilan besar secara global, di seluruh kehidupan manusia secara khusus sektor kesehatan dan perekonomian. ASEAN menjadi salah satu kawasan yang dapat pulih lebih cepat, baik dari sisi kesehatan maupun pembiayaan.
Kini setelah WHO mencabut status Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Kepedulian Internasional (PHEIC) COVID-19, Indonesia mendorong negara Kawasan untuk mengalihkan fokus dari tanggap darurat ke penguatan keamanan kesehatan regional untuk menghadapi kesehatan masyarakat di masa depan, sehingga meningkatkan stabilitas dalam solidaritas.
“Dampak pandemi sangat luar biasa. Karenanya Kawasan perlu membangun momentum menuju pemulihan yang kuat dan berkelanjutan dengan berfokus pada penguatan kapasitas respons Prevention, Preparedness and Response (PPR) pandemi di ASEAN. Saya yakin ASEAN mampu mengintegrasikan seluruh aspeknya, sehingga menjadi satu kekuatan yang utuh dan berkelanjutan,” kata Menkes.
Menkes menyampaikan, penguatan keamanan kesehatan regional untuk menghadapi kesehatan masyarakat di masa depan setidaknya membutuhkan 3 aspek penting.
Pertama, memperkuat infrastruktur kesehatan Kawasan terutama mekanisme surveilans kolaboratif untuk penyakit menular yang baru muncul. Dikatakan Menkes, dibukanya boarder antar negara saat ini telah meningkatkan intensitas pergerakan manusia secara global, hal ini berpotensi meningkatkan ancaman penyakit menular. Indonesia dalam keketuaan ASEAN 2023 menekankan pentingnya mekanisme Surveilans yang berkualitas sesuai dengan standar WHO.
“Penguatan mekanisme penelitian harus didukung oleh transfer teknologi, pengetahuan dan dana untuk memastikan kita bisa melakukan aktivitas surveilans di seluruh dunia,” ujar Menkes.
Kedua, meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM). Menkes membeberkan bahwa pandemi menunjukkan bahwa negara tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan testing dan tracing, sehingga kapasitas respon cenderung lambat.
Karena itu, dalam pertemuan ini para delegasi mendiskusikan bagaimana menyiapkan sumber daya manusia dengan berbagi pengetahuan dan memberikan pelatihan keterampilan PPR selama pandemi.
Terakhir, mempermudah dan mempercepat akses terhadap dana darurat. Siklus pandemi yang panjang membutuhkan biaya yang sangat besar, namun setiap negara memiliki kemampuan pendanaan yang berbeda-beda, perbedaan ini tidak jarang menimbulkan kesenjangan. Kolaborasi lintas sektor dalam hal ini, sektor keuangan dan kesehatan diharapkan dapat menutup celah ini.
Pertemuan Menkeu dan Menkes ASEAN di Jakarta pada Kamis (24/8) yang salah satunya sepakat perluasan dana kesehatan telah ditindaklanjuti oleh sektor kesehatan dengan penyusunan mekanisme pengajuan hingga penggunaan dana.
“Kawasan memiliki dana respon COVID-19 sekitar 17,7 juta dollar, dana itu sebelumnya difokuskan untuk COVID-19. Kedepan, kita ingin perluas tidak hanya COVID-19, namun juga masalah kesehatan lainnya. Kita juga ingin dana kesehatan yang ada dikoordinasikan dan diintegrasikan, supaya aksesnya lebih mudah dan cepat,” terang Menkes.
Menkes menyebut saat ini mekanisme penggunaan dana respons COVID-19 telah diupayakan untuk segera ditetapkan. Aspek ini telah dibahas dalam pertemuan tindak lanjut antara Sekretariat ASEAN dan Menkes ASEAN pada Kamis (24/8).
Menkes berharap melalui pertemuan ini, Kawasan ASEAN dapat meneguhkan komitmennya untuk bersama-sama pulih dari pandemi yang menyebabkan kemunduran sektor kesehatan serta mampu bangkit dengan memperkuat aspek pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi jangka panjang.
“Saya yakin bahwa dengan semangat solidaritas, kita akan mampu memperkuat ketahanan kesehatan regional, sehingga dapat mencapai tujuan stabilitas ASEAN,” tutup Menkes.
Pada saat yang sama, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut meski pandemi telah berakhir, seluruh negara harus memperkuat upaya pencegahan dan kapasitas respon terhadap tantangan kesehatan saat ini dan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, ia mengapresiasi kepemimpinan Indonesia baik dalam Presidensi G20 maupun ASEAN yang telah mendorong berbagai langkah nyata dan berkelanjutan bagi sektor kesehatan global. Diantaranya pembentukan pandemic fund, meningkatkan kapasitas pencegahan, kesiapsiagaan dan respon (PPR), serta perluasan produksi Vaksin, Therapeutic dan Diagnosis.
Tedros menekankan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO siap mendukung strategi dan upaya-upaya yang telah disusun Kawasan untuk membangun sistem kesehatan yang lebih baik serta pendanaan yang aksesibel bagi seluruh negara ASEAN.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, email kontak@kemkes.go.id
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid