Penderita DBD dapat mengonsumsi bahan alam seperti herbal. Belum terbukti meningkatkan trombosit darah tapi berguna untuk meningkatkan stamina.
“Awalnya demam, dibawa ke dokter, diberi resep obat antiradang, tapi sampai obat habis masih lemas anaknya. Akhirnya cek darah. Pas hasil lab keluar, trombositnya dibintangi. Saya langsung kasih anak saya jambu biji merah dan angkur (angkak kurma). Setelah hasil lab keluar dan benar DBD, langsung dirawat inap di rumah sakit. Saya enggak bilang sama perawat kalau sebelumnya diberi jambu dan angkur karena saya pikir yang alami enggak bakal ganggu pengobatan medis,” kata AN, ibu 40 tahun warga RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, menceritakan upayanya mengobati anak laki-lakinya yang berusia 12 tahun yang terserang demam berdarah dengue (DBD) pada akhir April 2024.
Seperti upaya ibu AN, banyak orang yang juga melakukan hal serupa saat ada anggota keluarga yang terkena DBD. Mereka merasa kurang bila hanya mengandalkan perawatan medis yang fokusnya adalah mencegah terjadinya dengue shock syndrome akibat kekurangan cairan. Seringkali masyarakat mencari cara lain. Salah satunya dengan memanfaatkan bahan alam dengan berbagai tujuan. Ada yang ingin menaikkan trombosit darah dan bahkan ada yang memandangnya sebagai alternatif pengobatan.
“Perlu diingat, (bahan alam) yang diminum di fase awal DBD itu bukan untuk menaikkan trombosit, tetapi lebih kepada upaya meningkatkan stamina pasien,” kata dr. Ifael Yerosias Mauleti, Sp. P. D., (K.), FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit tropik dan infeksi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, pada Selasa, 7 Mei 2024.
Ifael menerangkan bahwa sampai saat ini belum ada satu pun bahan alam, baik makanan, minuman, maupun obat-obatan, yang bisa menahan penurunan jumlah trombosit pada penderita DBD di tujuh hari fase kritis DBD. “Pada hari pertama sampai ketujuh, mau mengonsumsi apa pun, trombosit pasien DBD akan tetap turun. Tapi, setelah melewati fase itu, khasiatnya baru bisa terlihat, yakni bisa meningkatkan daya tahan tubuh di masa pemulihan dan mungkin juga menambah jumlah trombosit,” kata dia.
Ifael menambahkan, tidak ada satu pun makanan atau minuman yang bisa secara langsung memperburuk penyakit DBD, sehingga sebenarnya tidak ada pantangan makan/minum bagi pasien DBD yang tidak memiliki penyakit penyerta lain. “Sebenarnya tidak harus herbal atau bahan alam. Saya sering katakan kepada pasien saya agar makan makanan yang bergizi dan yang paling penting di tujuh hari pertama DBD adalah cukupi kebutuhan cairan. Jadi, tidak perlu sulit-sulit mencari buah jambu, angkak, sari kurma, atau yang lain. Makan dan minumlah apa pun yang bergizi. Itu bisa berguna di fase pemulihan,” ujarnya.
Dari sisi medis, Ifael menilai bahwa pemberian herbal atau bahan alam pada pasien DBD ini sebenarnya tidak jadi masalah jika bahan yang dikonsumsi benar-benar bahan alam yang diproses masih secara alami, seperti rebusan, jus, atau larutan. Namun, masyarakat perlu berhati-hati dan menginformasikan kepada tenaga kesehatan apabila pasien sedang dalam perawatan mengonsumsi produk herbal yang sudah dalam bentuk olahan, apalagi pabrikan. “Bila sudah dalam bentuk pil, kapsul, atau jamu pabrikan, sebaiknya memberitahu tenaga kesehatan yang merawat agar kami bisa tahu isi kandungannya,” kata Ifael.
Hasil studi literatur Fitri Aida dkk. dalam Journal of Pharmaceutical and Sciences edisi 2023 menyebutkan berbagai tanaman atau bahan alam potensial sebagai terapi komplementer untuk penderita DBD, yaitu tanaman yang berpotensi menaikkan kadar trombosit, seperti kulit buah naga merah, daun ubi jalar, daun dewa, rimpang temu hitam, daun paku ekor kuda, buah kurma, kulit batang tanaman jarak Cina, dan daun pepaya; serta tanaman yang berpotensi menghambat replikasi virus dengue, seperti daun patikan kebo, daun jambu biji, buah pala wegio dan daun sambiloto.
Penulis: Tim Redaksi Mediakom