Bidan menjadi ibu sekaligus teman bagi ibu hamil. Membangun kepercayaan pasien penting agar seluruh persiapan untuk persalinan dapat berjalan lancar.
“Kita jadi ibu mereka. Seorang ibu pasti menyelamatkan anaknya. Memberikan pelukan, perhatian yang menenangkan dan juga penguatan.” Komitmen itulah yang senantiasa dipegang oleh Novelita Damanik, bidan dan pendiri Klinik Bunda Novel (KBN), dalam menangani ibu hamil. Menjadi ibu bagi para ibu hamil merupakan kunci Novel, sapaan akrab Novelita.
Komitmen itu juga Novel bagikan kepada rekan-rekan sesama bidan yang bertugas di kliniknya. Hal ini bertujuan agar ibu hamil dapat tenang selama konsultasi, menjelang, hingga saat menjalani proses persalinan. “Cara kami di sini, ya, menjadi ibu bagi mereka. Kalaupun yang kami tangani, misalnya, lebih tua dari kami, kami bisa memberikan pengaruh. Kalau sudah punya keterampilan yang tinggi, pasti berbeda cara memengaruhi pasien. Kami pasti lebih percaya diri,” kata Novel kepada Mediakom pada Jumat, 24 Mei 2024. “Kami yang menjadi leader-nya. Cara mengatur pasien supaya terpengaruh, ya dengan ilmu-ilmu yang kami miliki. Kami beritahu, kami sampaikan informasi yang mudah ditangkap dan dia yakin apa yang kami sampaikan.”
Bidan juga berupaya sebaik mungkin untuk membangun kepercayaan pasien. Apabila pasien sudah percaya, seluruh persiapan untuk persalinan dapat berjalan lancar. Novel memberikan contoh ketika seorang ibu hamil terlalu khawatir menjelang persalinan, maka bidan perlu meyakinkannya bahwa dia akan baik-baik saja. Caranya dengan menjelaskan kondisi kehamilan atau persalinan. “Kalau semua itu disampaikan dengan cara yang sangat baik, maka hidupnya (ibu hamil) akan tenang,” kata Novel.
Menurut Novel, jika mereka melihat ada beberapa risiko pada ibu hamil, padahal saat menjelang persalinan tidak ada risiko, maka sesuai prosedur standar operasional (SOP) bidan memang harus menjelaskan risiko-risiko persalinan dengan kalimat-kalimat yang bisa dipahami pasien. “Pemilihan kalimat itu sangat penting buat ibu hamil,” ujarnya.
Demi mempersiapkan kesehatan mental ibu hamil, terutama bagi mereka yang menginginkan persalinan normal atau pervaginam, diperlukan pendekatan secara psikologis. Bidan harus menunjukkan sikap profesional terhadap ibu hamil sehingga ibu akan siap secara mental dan dapat menghindari rasa takut. Pendekatan selanjutnya adalah memperlakukan ibu hamil secara interpersonal, terutama menjaga kerahasiaan mereka.
“Jadi sahabat, artinya kami mampu memberikan edukasi yang dibutuhkan seorang ibu. Apabila penjelasan tersebut tidak diterima sang ibu, maka tugas kami adalah meyakinkan mereka,” kata Novel.
Untuk mempersiapkan kelancaran persalinan, Novel menekankan pentingnya peran suami. Di klinik yang dia kelola ada syarat wajib bahwa suami harus menemani istri saat melahirkan. Syarat tersebut disampaikan saat ibu hamil melakukan konsultasi. “Peran suami sangat kuat. Agar suami mau menemani istrinya melahirkan, yang kami katakan adalah hal itu suatu kewajiban. Menemani istri melahirkan itu wajib,” ujar Novel.
Menurut Novel, secara psikologis ibu hamil merasa sudah mengorbankan tubuhnya untuk memberikan keturunan kepada suami. Apabila dia menanggung beban sendiri dan menghadapi kontraksi yang luar biasa, lalu tidak ada perhatian dari suami, bisa muncul rasa marah sehingga tidak akan berhasil persalinannya. Namun, “Kalau suaminya tidak mau menemani, kami cari tahu dulu alasannya.”
Novel juga harus melawan sejumlah mitos persalinan yang masih menyebar saat ini. Mitos itu misalnya mengenai kelahiran anak ketiga yang akan susah. Menurut Novel, tidak ada hubungan antara anak ketiga dan kelahiran. Akan tetapi, bisa jadi kelahiran akan susah karena sang ibu sudah tersugesti. Kalau ketakutan, hormon ibu tidak stabil. Jika hormon tidak stabil, maka oksitosin tidak kuat sehingga kontraksi kurang memadai.
Mitos lain adalah kelahiran kembar darah akan sangat sakit. Kembar darah adalah keluarnya flek berwarna merah segar. Menurut Novel, flek warna ini muncul karena mulut rahim masih kaku sehingga ada penekanan dilatasi mulut rahim yang terlalu cepat. “Ada pembuluh darah kecil yang pecah sedikit di sana. Sugesti orang dulu, kembar darah itu sakit. Kenapa sakit? Karena saat kontraksi, mulut rahim dipaksa untuk melunak dan menipis. Mulut rahim belum siap atau kurang olahraga sehingga mulut rahim keras dan kaku,” tutur Novel. “Keadaan yang baik itu bila menjelang persalinan mulut rahim sudah matang, artinya sudah berdilatasi (serviks terbuka) dan tipis.”
Selain itu, bidan harus mampu menetapkan waktu yang tepat untuk penanganan pasien dan kapan harus memberikan rujukan, khususnya saat kondisi darurat tatkala ibu hamil perlu dirujuk ke rumah sakit. “Intinya, mengutamakan keselamatan ibu dan bayi terhadap risiko yang harus dihindari sedini mungkin. Kami harus pintar mengklasifikasi apa saja yang bisa ditangani dan tidak,” kata Novel.
Penulis: Redaksi Mediakom