Sehat Negeriku
No Result
View All Result
Sabtu, 04/02/2023
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Blog Sehat
  • Mediakom
Langganan Newsletter
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Blog Sehat
  • Mediakom
No Result
View All Result
Sehat Negeriku
No Result
View All Result

Dukamu Kepiluanku

Rokom by Rokom
03 Januari 2011
Reading Time: 3 mins read
A A
0
blank
Bagikan di FacebookBagikan di WhatsappBagikan di Line

Roni, bukan nama sebenarnya. Anak semata wayang dari orang tua yang sangat menyayangi dan banyak harta. Tinggal di Pujorahayu, Belitang OKU Timur Sumatera Selatan. Sayang selepas SMA, gagal melanjutkan kuliah pada salah satu fakultas di Universitas Lampung Tanjung Karang. Ia gagal bukan karena bodoh, malas atau drop out, tapi karena sakit jiwa yang tak kunjung sembuh, walau pengobatan telah puluhan tahun dilakukan.

Kini, Roni hanya tinggal bersama ibunya Atik (samaran) yang sudah mulai lemah, menderita berbagai penyakit komplikasi. Roni dan ibunya sama-sama sakit. Keduanya memerlukan orang lain untuk membantunya. Syukurlah, mereka dikaruniai harta yang berkecukupan, sehingga berbagai kebutuhan dapat dipenuhi, tanpa hambatan yang berarti. Roni, teman akrab sewaktu kecil. Selalu bersama dalam suka dan duka. Bersama satu sekolah, mulai dari SD, SMP dan SMA, bahkan bersama dalam bermain bola kaki, bola voli dan kasti. Ceria, bersorak dan bertepuk tangan menyambut cemesan bola voli yang menukik atau tendangan gol ke gawang lawan. Tak mengira, bila kemudian hari Ia menjadi merana, kemana mana sendiri, sebatang kara, tak ada teman dan handai tolan yang menemaninya. Ia asik sendiri dengan dunianya.

Kepiluan itu bermula tahun 1985, ketika Roni berniat meneruskan kuliah diUniversitas Sriwijaya (Unsri) Palembang. Mendengar saya akan mendaftar ke Universitas Lampung (Unila), Tanjung Karang. Ia pun urung ke Unsri, kemudian ikut ke Unila. Orang tuanya juga menyetujui, sebab diUnila juga banyak saudara yang telah kuliah lebih dahulu. Berangkat menuju Tanjung Karang dengan semangat 45. Menumpang bus angkutan lawas berbekal beberapa lembar kain ganti untuk 15 hari. Sampai di Tanjung Karang, kami numpang nginap dikamar kos saudara yang cukup besar berpenghuni 7 orang. Sambutan dari saudara sangat antusias, karena akan tambah saudara baru yang sedang menuntut ilmu di Tanjung Karang. Malam kedua, sekitar pukul 21.00 melihat gejala aneh pada Roni. Ia menyebar seluruh uang saku di tempat tidur. Hatiku bertanya-tanya, apakah mau pamer uang ? Tak berkomentar, hany amengamati dari jauh. Tapi, setengah jam kemudian, tampak Ia sedang menutupkan kedua belah tangan dan menempelkan di dada, seperti menyembah. Tak lama kemudian keluar kos dan mengembara ke jalan raya. Akhirnya, keesokan hari diantar pulang ke kampung. Kepiluan itu kian bertambah menyayat hati, ketika kampung, kemudian berkunjung kerumahnya dengan membawa 4 anak laki-laki yang sehat dan ceria. Terlihat di wajah Atik, tatapan
sedih dan rasa kehilangan yang sangat mendalam. Salah satu kepiluan anggota masyarakat yang anggotanya menderita gangguan kesehatan jiwa.

Kini, banyak anggota masyarakat yang bernasib sama, sedih dan pilu karena ada anggota keluarga yang mengalami hidup dengan gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 jumlah pasien dengan gangguan jiwa beratadalah 4,6 per seribu penduduk. Sehingga diperkirakan jumlah pasien pada kelompok usia 15-64 tahun adalah 650.000-700.000 orang. Dari kepustakaan diketahui pula bahwa dengan pengobatan yang efektif, 50% pasien akan sembuh/pulih, 25% akan sembuh tetapi membutuhkan dukungan yang kuat dari orang lingkungannya, 15% tidak menunjukkan perbaikan yang berarti yang biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit, sedangkan 10% sama sekali tidak menunjukkan perbaikan.Tidak diperoleh data nasional jumlah orang yang dipasung. Jika diperkirakan setiap kecamatan mempunyai 2 hingga 5 orang. Jika jumlah kecamatan 5.263 (2005) maka diperhitungkan jumlah orang yang dipasung 10.000 – 26.000 orang.

Berbagai alasan mengenai mengapa mereka dipasung. Sebagian masyarakat memasung anggota keluarganya untuk melindungi dari kecelakaan. Seorang kader di suatu daerah memberikan kesaksian bahwa adiknya dipasung karena kecenderungan melemparkan dirinya ke dalam api. Ibu yang lain meminta warga memasung putranya karena tidak mampu menjaga. Putranya sering bepergian tanpa tujuan dan setelah beberapa hari diantar pulang oleh petugas. Hindari pemasungan Anggapan sebagian orang bahwa pasung dan penelantaran hanya terjadi di pedesaan, karena mereka menganut logika bahwa pemasungan terjadi karena akses yang sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tetapi pada kenyataannya warga di kota besar juga melakukan pemasungan meskipun dengan cara yang berbeda.

Jika di pedesaan penderita dipasung pada halaman belakang rumah jauh maupun dekat, sehingga warga desa yang lain dapat melihat atau menonton jika mereka berteriak atau karena tingkah lakunya, tidak demikian halnya diperkotaan. Pasien dikurung didalam kamar untuk menutupi rasa malu bagi keluarga. Untuk menghindari pemasungan dan penelantaran, pemerintah sejak zaman Belanda telah berusaha mengurangi dengan menerapkan kebijakan yang humanis. Belanda mengikuti gerakan moral Eropa dan Amerika abad ke 20. Penderita gangguan jiwa yang disel dalam penjara (asilum) dibebaskan dan dirawat dengan perhatian. Sedangkan di Indonesia dengan cara membangun rumah sakit jiwa berkapasitas besar untuk menampung penderita yang menggelandang dan dipasung.

Rumah sakit dilengkapi dengan berhektar-hektar lahan untuk dikelola sebagai sarana rehabilitasi dan sumber kehidupan bagi rumah sakit. Sayang, setelah penderita pulih, tidak diikuti dengan perawatan lanjutan dan berobat jalan. Hal ini terjadi karena keterbatasan ekonomi dan pengetahuan. Sehingga baru beberapa minggu atau bulan dirumah pasien diantarkan kembali kerumah sakit. Namun, karena berbagai keterbatasan pengetahuan, jarak yang jauh, atau tidak mempunyai harapan, pasien dipasung atau ditelantarkan menggelandang. Bahkan terjadi juga keluarga dan masyarakat yang trauma dengan tingkah laku penderita, kemudian menolak pasien kembali. Mereka mengajukan permintaan tertulis kepada pemerintah setempat/pihak keamanan yang disertaiancaman bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kehidupan pasien. Ini bentuk kepiluan lain atas keterbatasan pengetahuan dan ekonomi. Semoga dengan semangat “ Indonesia Bebas Pasung2014”, dapat secara bertahap mengurangi kepiluan itu.

Prawito

Tags: jiwaKesehatanpasung
ShareSendShare
Rokom

Rokom

Redaksi Sehat Negeriku

Informasi Terkait

blank

Mediakom Edisi 149

12 Januari 2023
blank

Mediakom Edisi 148

12 Desember 2022
blank

Mediakom Edisi 147

15 November 2022
blank

Mediakom Edisi 146

11 Oktober 2022
blank

Mediakom Edisi 145

7 September 2022
blank

Mediakom Edisi 144

3 Agustus 2022
Next Post
blank

Reformasi Birokrasi Untuk Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

blank

Menkes Lantik Pejabat Baru Eselon II

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tweet oleh @KemenkesRI
Berita Utama

Indonesia Sampaikan Kesiapan Kolaborasi dalam Pembahasan Isu Kesehatan Presidensi G20 Tahun 2022

13 September 2021
Berita Utama

Kemenkes Tingkatkan Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut Yang Aman Dari Penularan COVID-19

12 September 2021
Berita Utama

Wamenkes Dante Minta Masyarakat Waspadai Lonjakan Kasus COVID-19

11 September 2021
Berita Utama

Belajar dari Pandemi COVID-19, Menkes Ingatkan Pentingnya Perencanaan Pembangunan yang Memperhatikan Aspek Kesehatan dan Lingkungan

11 September 2021

Rekomendasi Artikel

blank

Sertifikat Vaksin & Data Bermasalah? Ini Solusinya

14 Agustus 2021
blank

Terlambat Vaksinasi COVID-19 Dosis Kedua Tidak Akan Pengaruhi Efektivitas Vaksin

3 Agustus 2021
blank

Kemenkes Tegaskan Vaksin Moderna Hanya untuk Booster Nakes dan Publik yang Belum Pernah Menerima Vaksin COVID-19

13 Agustus 2021

Berita Populer

  • blank

    Penerima Vaksinasi COVID-19 dapat Registrasi via WA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vaksin COVID-19 Merek Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Novavax Tidak Dapat Dipergunakan untuk Vaksinasi Gotong Royong

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemerintah Tetapkan Batasan Tarif Pemeriksaan Rapid Test Antigen-Swab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vaksin AstraZeneca Aman, Penghentian Sementara Hanya Pada Kelompok CTMAV547

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Virus Corona Varian Baru B.117, B.1351, B.1617 Sudah Ada di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Sehat Negeriku

Sehat Negeriku adalah kanal berbagi informasi tentang kegiatan Kementerian Kesehatan, baik berupa rilis yang dikeluarkan Kemenkes, dokumentasi foto dan video, maupun tulisan ringan seputar info-info kesehatan.

Jejaring Website Terkait

  • Kementerian Kesehatan RI
  • Biro Komyanmas

Informasi Lainnya

  • Tentang Sehat Negeriku
  • Peta Situs
blank
Infografis

Hari Tanpa Tembakau Sedunia

31 Mei 2019
blank
Infografis

Lebaran Sehat

19 Februari 2019
blank
Infografis

Mudik Sehat dan Aman

19 Februari 2019
blank
Infografis

Lansia Indonesia

19 Februari 2019
blank
Infografis

Sahur Sehat

19 Februari 2019

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Blog Sehat
  • Mediakom
Langganan Newsletter

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.