Suatu ketika di Puskesmas (terjadi 30 tahun yang lalu), datang seorang laki-laki usia 37 tahun dengan keluhan kedua tungkai lemah dan semakin susah dibawa berjalan, tidak ada kesemutan. Makin lama semakin memberat dan setelah itu mengenai kedua lengan atas. Penderita lumpuh seluruh anggota gerak. Sebelumnya mendapat influenza kira-kira 2 minggu dengan keluhan waktu itu demam disertai nyeri seluruh sendi. Akhirnya penderita dirujuk ke RS kabupaten untuk dirawat.
Kasus lain, seorang wanita usia dewasa muda telah dirawat di RS sehari yang lalu dengan kelumpuhan seluruh anggota gerak, selang beberapa lama sesudahnya mengalami sesak nafas. Sebelum itu penderita mendapat diare yang tak kunjung baik, selanjutnya dirawat di perawatan intensif untuk dilakukan bantuan nafas. Saat itu RS belum punya alat bantu nafas (respirator) untuk memperbaiki pernafasan penderita. Untungnya dua hari kemudian penderita merasa lebih baik, pernafasan mulai teratur dan akhirnya dapat pulang ke rumah setelah nafas membaik. Penderita mulai dapat berjalan, walaupun masih tertatih-tatih. Penderita tertolong.
Sementara itu kasus lain yang tidak kalah menariknya adalah seorang penderita dengan keluhan melihat kembar (suatu objek terlihat dua), mendadak, tidak ada demam dan tidak ada mual muntah, mempunyai riwayat sebelumnya demam, nyeri sendi, diare kira-kira 3 minggu yang lalu, penderita dirawat. Setelah perawatan 2 minggu mulai membaik dan pulang ke rumah.
Kasus-kasus di atas memperlihatkan pada kita kalau keluhan lumpuh layuh dapat tertolong dengan pengelolaan biasa, serta keluhan seperti ini bukan hanya dialami oleh pasien polio tetapi dapat juga disebabkan oleh Guillain Barre Sindrom. Berbeda dengan polio yang disertai demam saat sakit dengan kelumpuhan hanya satu tungkai, setelah sembuh mengalami gejala sisa setelah penderita baik, sedangkan Guillain Barre Sindrom dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa, walaupun kadang-kadang kasus tertentu ada yang tidak tertolong.
Apa itu Guillain Barre Sindrom (GBS) ?
Merupakan kumpulan gejala kelemahan pada anggota gerak dan kadang-kadang dengan sedikit kesemutan pada lengan atau tungkai, disertai menurunnya refleks. Selain itu kelumpuhan dapat juga terjadi di otot-otot penggerak bola mata sehingga penderita melihat satu objek menjadi dua yang dapat disertai gangguan koordinasi anggota gerak.
Penyakit GBS, sudah ada sejak 1859. Nama Guillain Barre diambil dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain dan Barré yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis. GBS termasuk penyakit langka dan terjadi hanya 1 atau 2 kasus per 100.000 di dunia tiap tahunnya.
Apa penyebabnya ?
GBS ini tadinya dianggap sebagai neuroalergi yang menghasilkan berbagai bahan berbahaya. Terdapat perkiraan bahwa kumpulan gejala ini terjadi karena menurunnya daya kekebalan tubuh sendiri (auto imun), yang biasanya didahului oleh infeksi virus atau kuman-kuman yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas dan diare yang melemahkan daya tahan tubuh (kekebalan) sehingga mengalami keluhan seperti kasus-kasus di atas. Sel sistem kekebalan menyerang sarung saraf (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di seluruh saraf tepi.
Dapatkah GBS diobati ?
Dapat, angka kesembuhan terjadi sempurna (75-90 %) dengan cara pengobatan dan fisioterapi. Bagi kasus2 tertentu dilakukan penggantian plasma dengan maksud menghilangkan efek menurunnya kekebalan (auto imun). Terapi ini akan dapat menyembuhkan penderita, selain itu dapat juga dilakukan infus imunoglobulin . Pada sebagian kasus tidak jarang penderita secara bertahap dapat pulang setelah dirawat beberapa lama. Sedangkan pada kasus-kasus tertentu, ada yang membutuhkan bantuan alat nafas (respirator) dan pada kasus yang sangat berat dengan gangguan nafas ada yang tidak tertolong. Penyembuhan dimulai 2-4 minggu setelah progresivitasnya berhenti. Pengobatan medis dan perawatan yang baik sangat mempengaruhi hasilnya. Pada kebanyakan kasus terjadi perbaikan spontan. Kadang-kadang pengelolaaan menjadi sangat rumit dan melelahkan. Pada manula penyembuhan umumnya lebih lambat dibandingkan anak anak. Edukasi penderita dengan menerangkan pada keluarga mengenai penyakit ini dan cara pengobatan serta fisioterapi menyeluruh harus dilakukan.
RS Cipto Mangunkusumo saat ini sedang menangangi 2 kasus GBS yang sebelumnya sempat dirawat dr RS St. Carolus Jakarta dan RS Azra Bogor.
Dapatkah GBS dicegah ?
Salah satu jalan untuk mencegah SGB adalah dengan mempertinggi daya tahan tubuh saat tidak sakit dengan cara mengonsumsi protein hewani dari daging dan ikan, nabati dari tempe dan tahu disertai sayur dan buah, sehingga diharapkan kita jarang sakit influenza, karena daya tahan tubuh tinggi. Selain itu perlu juga menjaga kebersihan tubuh dengan mandi dan cuci tangan bila mau makan untuk menghindari infeksi kuman, virus atau bakteri yang menyebabkan diare
Bila ada gejala-gejala GBS, apa yang harus dilakukan ?
Jangan kaget, segera kosultasi dokter di Puskesmas. Kita tidak mengenal awalnya orang terkena serangan, tapi bila mendapat gejala seperti kasus di atas segera bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit, agar dapat dilakukan pengobatan segera dan dapat mewaspadai serangan yang lebih hebat. Ingat, keadaan lumpuh layuh ini dapat disebabkan oleh Polio atau Guillain Barre Sindrom.
Bila kena GBS, apakah harus mengeluarkan biaya mahal ?
Tidak selalu demikian, ada penderita yang baik setelah mendapat pengobatan biasa, malah ada yang sembuh spontan dalam jangka waktu pendek. Tetapi memang pada kasus tertentu yang berat disertai gangguan nafas memerlukan infus zat kekebalan (imunoglobulin) yang mahal dan atau penggantian plasma darah untuk mempercepat perbaikan. Tentu setiap RS telah membuat aturan kapan harus diberikan cara-cara penanganan khusus diatas.