Hari ini, Kamis (1/12) diluncurkan Hasil Survei Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) terbaru Tahun 2011 oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K) di Jakarta.
STBP tahun 2011 dilaksanakan di 22 kabupaten/kota pada 11 provinsi, yaitu: Kota Medan, Deli Serdang, Batam, Bandar Lampung, Lampung Selatan, 5 kota di DKI Jakarta, Bandung, Bekasi, Semarang, Batang, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Denpasar, Kupang, Ambon, Jayapura dan Wamena.
Prof. Tjandra mengatakan, temuan penting STBP 2011 menunjukkan masih tingginya prevalensi HIV pada kelompok risiko tinggi tertular HIV. Prevalensi HIV tertinggi ditemukan pada penasun, kemudian berturut-turut diikuti oleh Waria, Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL), Lelaki Seks Lelaki (LSL), Napi, wanita pekerja seks tidak langsung (WPSTL), dan Pria berisiko tinggi (risti). Namun demikian terjadi penurunan prevalensi pada Penasun, WPSL, WPSTL, dan Waria, kecuali pada LSL dan Pria risti bila dibandingkan dengan hasil STBP tahun 2007.
Prof. Tjandra menambahkan, penyempurnaan Pedoman Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS dari waktu ke waktu diperlukan agar pelaksanaan pengendalian HIV-AIDS terstandardisasi dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan kemajuan yang ada.
Kementerian Kesehatan meluncurkan beberapa Pedoman Pengendalian HIV-AIDS dan IMS terbaru, yaitu Buku Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral, Penanganan Infeksi Menular Seksual, Pedoman Konseling dan Tes HIV Sukarela, Pedoman Konseling dan Tes HIV yang Diprakasai Petugas Kesehatan, dan Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
Untuk melengkapi pedoman, modul pelatihan juga telah disusun sebagai acuan dalam melaksanakan TOT (Training of Trainer) dan pelatihan untuk meningkatkan jumlah tenaga kesehatan terlatih dalam pengendalian HIV AIDS dan IMS. Modul pelatihan tersebut meliputi Modul Pelatihan Konseling Kepatuhan, Modul Konseling dan Tes HIV Sukarela, dan Modul Manajemen Program Pengendalian HIV-AIDS dan IMS, kata Prof. Tjandra.
”Sebenarnya sejak tahun 1986, setahun sebelum kasus AIDS dilaporkan di Indonesia, Kementerian Kesehatan sudah merespon epidemi HIV-AIDS yang berkembang di Indonesia. Berbagai upaya sudah dilakukan, dan upaya tersebut terus ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya jumlah kasus, penyebaran dan masalah yang dihadapi” ujar Prof. Tjandra.
Ditambahkan Prof. Tjandra, bahwa Kementerian Kesehatan telah melaksanakan kegiatan Surveilans Epidemiologi HIV-AIDS di Indonesia sejak tahun 1988. Sebagai bagian dari kegiatan surveilans, pada tahun 1996 mulai dilaksanakan Surveilans Perilaku pada kelompok populasi tertentu, tahun 2006 dilakukan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) pada masyarakat di Tanah Papua. Pada tahun 2007, 2009 dan 2011 dilakukan Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada kelompok populasi berisiko tinggi dan rawan terinfeksi HIV di beberapa wilayah di Indonesia. Dari hasil STBP memberikan gambaran tentang perkembangan situasi masalah HIV-AIDS di Indonesia dari waktu ke waktu beserta determinannya.
Tema dari Hari AIDS Sedunia (HAS) Tahun 2011 adalah ”Lindungi Pekerja dan Dunia Usaha dari HIV dan AIDS” dengan Sub Tema: ”Penanggulangan HIV dan AIDS di Tempat Kerja Sebagai Bagian dari Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Adapun slogan untuk HAS 2011: ”Stop HIV dan AIDS, Hapuskan Stigma dan Diskriminasi di Dunia Kerja!”.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI sebagai Leading Sector HAS 2011, memilih tema tersebut untuk menunjukkan bahwa HIV-AIDS adalah masalah kesehatan yang harus mendapat perhatian serius dari kita semua, bukan hanya dari sektor kesehatan. Pengendalian HIV-AIDS memerlukan komitmen dan penanganan yang terintegrasi, komprehensif dan holistik.
Acara Launching Hasil Survei Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2011 dan buku Pedoman serta Modul Pengendalian HIV-AIDS dan IMS tersebut dihadiri pula oleh Prof. Djubairi Zoerban, dr. I Nyoman Kandun, Prof. Charles dan Direktur Pengendalian Penyakit Menular langsung, dr. H. M. Subuh, MMPM.