Beberapa waktu lalu, tepatnya pada 13 Maret 2012, warga Surabaya dikejutkan dengan adanya kejadian dimana seorang penghuni apartemen Eastcoast Pakuwon City yang mengalami gatal-gatal, luka si bagian wajah, serta tubuh dan lengan yang terasa panas akibat cairan beracun serangga Tomcat. Beberapa hari kemudian, diketahui pula Tomcat juga menyerang kawasan sekolah di wilayah Kenjeran dan beberapa lokasi di Wonorejo Surabaya.
Beberapa tahun terakhir, dilaporkan adanya gangguan kesehatan Dermatitis Contact Irritant, yang diakibatkan oleh racun paederin (C25H45O9N) yang ada di badan serangga Tomcat, kecuali di sayap.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, melalui surat elektronik yang diterima Pusat Komunikasi Publik kemarin sore (20/3).
“Sampai dengan hari ini (21/3) jumlah yang terjangkit mencapai 100 orang, tapi pada dasarnya tidak terlalu berat dan sebagian sudah sembuh dengan baik”, ujar Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama dalam pesan singkatnya saat dihubungi pihak Pusat Komunikasi Publik Kemenkes.
Prof. dr. Tjandra menjelaskan, serangga Tomcat digolongkan pada ordo Coleoptera (kelompok kumbang). Memiliki penampakan seperti semut dengan panjang tubuh sekitar 1 cm, dan memiliki sepasang sayap namun tersembunyi. Badan berwarna oranye dengan bagian bawah perut (abdomen) dan kepala berwarna gelap. Bila merasa terancam akan menaikkan bagian perut sehingga nampak seperti kalajengking. Ada 622 spesies yang menyebar di seluruh dunia. Spesies di Indonesia yang menyebabkan dermatitis adalah Paederus peregrines.
“Wabah dermatitis pernah dilaporkan juga di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ekuador dan India”, ujar Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama.
Prof. dr. Tjandra menambahkan, serangga ini merupakan kelompok serangga pertanian, sebagai predator hama pertanian seperti wereng, dan lain-lain. Habitat lingkungan adalah tempat yang lembab dan tanaman bersemak, seperti padi dan jagung. serangga tersebut bersifat kosmopolitan. Masyarakat biasa menyebut hewan ini dengan sebutan kumbang roveyang, semut semai, atau semut kayap.
“Kulit yang terkena racun paederin (biasanya daerah kulit yang terbuka) dalam waktu singkat akan terasa panas”, tambah Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama.
Biasanya, setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah (erythemato-bullous lession) yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar. Pada kasus yang jarang tidak menimbulkan gejala kulit yang berarti. Perlu dipastikan bahwa tidak ada riwayat terkena bahan kimia atau luka bakar. Lesi pada mata menyebabkan periorbital conjunctivitis atau keratoconjunctivitis dan dikenal dengan Naerobi’s Eye.
“Dermatitis terjadi bila bersentuhan secara langsung dengan serangga ini, atau secara tidak langsung, misalkan melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun paederin”, jelas Prof. dr. Tjandra.
Sebagai langkah pengobatan dermatitis contact irritant, segera beri air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga ini; pastikan serangga ini tidak ada lagi untuk mencegah pertambahan lesi di kulit; kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin seperti kalium permanganat bila sudah timbul lesi seperti luka bakar; bila lesi sudah timbul pecah, dapat diberi cream antibiotik dengan kombinasi steroid ringan; jangan digaruk atau ditaburi bedak agar tidak terjadi infeksi sekunder; beri antihistamin dan analgesik oral untuk simptomatis.
Lebih lanjut, Prof. Tjandra menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui masyarakat. Jika ada menemukan serangga ini jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit, lalu masukkan ke plastik dengan hati-hati lalu buang ke tempat yang aman; Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka; Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk; Tidur menggunakan kelambu; Lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh ke manusia; Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kontak dengan serangga; Lakukan inspeksi ke dinding dan langit-langit dekat lampu sebelum tidur. Bila menemukan, segera dimatikan dengan menyemprotkan racun serangga. Singkirkan dengan tanpa menyentuhnya; Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat serangga Paederus tinggal dan berkembang biak.
Menurut Prof. Tjandra, investigasi dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Kota Surabaya, dan mendapatkan hasil bahwa sebagian besar penderita kini tengah mendapatkan perawatan di 6 Puskesmas. Sampai saat ini, tim juga secara aktif terus melakukan sosialisasi kewaspadaan agar masyarakat menghindari kontak dengan serangga Paederus, serta melakukan upaya pencegahan lintas sektor terutama dalam melakukan penyemprotan insektisida.
Kejadian serupa sebenarnya pernah terjadi tahun 2008. Di Tulungagung, sebanyak 260 orang yang tinggal di kawasan perumahan di sekitar kebun tebu mengalami gejala dermatitis contact irritant. Pada 2009, 50 orang warga Kota Gresik menderita gatal-gatal. Sementara tahun 2010, sekitar 20 orang warga Kenjeran, Surabaya juga mengalami kejadian serupa.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567 dan 081281562620, atau alamat e-mail info@depkes.go.id dan kontak@depkes.go.id