Bulan depan, tepat 20 bulan tidak ditemukannya kasus infeksi baru virus polio liar di kawasan Regional Asia Tenggara. Kasus terakhir infeksi virus liar polio di kawasan regional South East Asia Regional Officer (SEARO), dilaporkan oleh India pada 13 Januari 2012. Oleh karenanya, kawasan regional ini memiliki kemungkinan mendapatkan sertifikasi bebas polio pada awal 2014.
Demikian disampaikan Director General World Health Organization (WHO), Dr. Margaret Chan, pada salah satu sesi khusus di sela-sela kegiatan WHO Regional Commite Meeting ke-65 di Yogyakarta, Rabu siang (5/9). Hadir pada sesi ini, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH; Minister of Health and Family Welfare of India, ; dan Regional Director WHO SEARO, Dr. Samlee Plianbangchang, serta para delegasi yang berasal dari sebelas negara.
“Ini merupakan sebuah loncatan besar meski tujuan belum sepenuhnya tercapai. Upaya yang harus dilakukan adalah tetap waspada, meningkatkan mutu surveilans, serta mempertahankan kekebalan Balita terhadap virus polio melalui intensifikasi imunisasi rutin dan vaksinasi khusus jika diperlukan”, ujar Dr. Margaret Chan.
Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menyatakan bahwa ini merupakan langkah besar ke depan untuk memerangi ancaman virus polio. Hal ini membuat 11 negara anggota WHO SEARO berada pada jalur yang tepat, menuju kawasan regional bebas polio.
“Wilayah Asia Tenggara telah memutuskan untuk mengadopsi strategi yang lebih agresif untuk mendukung negara-negara dalam mengatasi masalah cakupan imunisasi rendah. Kita ingat, resolusi WHO SEARO Regional Committee Meeting pada September tahun lalu (2011), yang didukung oleh semua 11 negara anggota, menyatakan 2012 sebagai Tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin”, ujar Menkes.
Berbagi pengalaman tentang keberhasilan vaksinasi, Minister of State for Health and Family Walfare of India, Mr. Sudip Bandopadhyay menuturkan bahwa pada setiap kampanye, negaranya berhasil memvaksinasi 172 juta anak melalui 2.3 juta vaksinator untuk 202 juta keluarga. Perjalanan negara ini menuju eradikasi polio dapat digunakan sebagai panduan, tidak hanya bagi India, tetapi juga bagi seluruh dunia.
Menjawab pertanyaan media, dr. Nafsiah Mboi menyatakan bahwa meskipun Indonesia telah dinyatakan bebas polio (free polio) sejak 2007, risiko infeksi baru virus polio tetap mengancam. Masih dimungkinkan adanya mobilisasi yang menyebabkan penyebaran atau penularan virus polio dari negara endemis, seperti Afganistan, Nigeria, dan Pakistan. Karena itu, imunisasi rutin tetap harus dilakukan.
“Bila sampai 2014 seluruh negara anggota SEARO bisa tetap mempertahankan status zero polio, maka kita bisa disebut free polio region ”, tandas Menkes.
Menkes RI menegaskan bahwa penyakit polio merupakan penyakit yang bisa dicegah. Maka, daya tubuh anak-anak harus tetap dijaga dan ditingkatkan. “Imunisasi mampu mencegah dan meningatkan imunitas anak. Kalau angka cakupan imunisasi di Indonesia sudah lebih dari 80%, maka kita bisa potong rantai penularan polio di Indonesia”, tambah Menkes.
Menindaklanjuti pernyataan Menkes RI, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, mengatakan bahwa upaya monitoring terhadap kasus polio dilakukan secara terus menerus.
“Selain pengecekan, juga dilaporkan Acute Flaccid Paralisis (AFP) di semua anak yang menunjukkan gejala tiba-tiba lumpuh apapun penyebabnya itu dilaporkan, lalu dicari penyebabnya, dicek apakah polio atau bukan”, kata Prof. Tjandra.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021)52907416-9, faksimili: (021)52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dean 081281562620 (sms), atau e-mail kontak@depkes.go.id